PARIS - Dua gelombang panas yang melanda Prancis pada musim panas tahun ini menyebabkan lebih dari 1.500 orang meninggal. Kendati demikian, jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan angka kematian akibat gelombang panas yang terjadi pada 2003 sebanyak 15 ribu kematian.
"Sebagian besar kematian terjadi pada warga berusia di atas 75 tahun," kata Menteri Kesehatan Prancis, Agnes Buzyn, kepada stasiun radio Prancis, Ahad waktu setempat.
Gelombang panas yang melanda Prancis tahun ini terjadi pada Juni hingga Juli. Rekor suhu yang tercatat mencapai 46 derajat Celsius terjadi di wilayah selatan negara tersebut pada 28 Juni. Paris menjadi salah satu kota yang terkena dampak paling serius..
Secara keseluruhan, gelombang panas terjadi selama 18 hari dan terbagi dalam dua fase. Menurut Buzyn, gelombang kedua meliputi sebagian besar wilayah Prancis. Sedangkan pada 2003, gelombang panas berlangsung selama 20 hari. Menurut Buzyn, tindakan pencegahan yang dilakukan pemerintah saat itu berkontribusi dalam menekan jumlah korban.
Prancis dan banyak negara di Eropa mengalami peningkatan suhu pada musim panas kali ini. Para ahli mengkhawatirkan gelombang panas yang disebabkan karena peningkatan suhu dari emisi gas rumah kaca ini dapat menjadi hal yang umum terjadi di Eropa.
Sebagian besar wilayah Eropa sendiri tidak dibangun untuk menghadapi panas ekstrem. Berdasarkan sebuah laporan pada 2017, kurang dari 5 persen rumah di wilayah Eropa memiliki pendingin ruangan. Selain itu, transportasi publik dapat berhenti akibat suhu yang sangat panas. CNN | SITA PLANASARI AQUADINI