Jackie lebih banyak diam. Ia membiarkan adik-adiknya, Tito dan Marlon, meladeni pertanyaan Tempo pada Sabtu siang, 29 Februari 2020. Tito dan Marlon dengan santai, diiringi canda, menjelaskan perjalanan musiknya. Mereka bertiga yang tersisa untuk meneruskan grup musik The Jackson.
Keluarga Jackson adalah salah satu penampil utama dalam perhelatan festival jazz tahunan BNI Java Jazz 2020. Tito, dengan topi dan jaketnya, terlihat lebih tua ketimbang Jackie. Marlon, dengan setelan training dan kacamata, terlihat bersemangat.
Kedatangan mereka bertiga ke Indonesia bukan yang pertama. "Ini kedatangan kami yang ketiga puluh..., oh, ketiga," ujar Marlon, bercanda. Ia dan dua saudaranya senang bisa kembali ke Indonesia mengantarkan lagu-lagu mereka. "Kami senang dengan penduduknya yang ramah, baik, dan menyambut musik kami," ujar Marlon lagi.
Mereka baru saja melewati perjalanan musiknya yang ke-50 tahun. Ini pencapaian panjang yang mereka jalani sejak masih kanak-kanak. Tito mengatakan tak mudah bisa berkarya hingga sedemikian lama. Sejak kecil, mereka digembleng ayah mereka, Joseph Jackson.
Selama itu mereka juga harus menjaga penampilan agar tetap berkarya. Tito dan Marlon mengatakan mereka tetap berlatih dan menjadi penampil profesional. "Seusai pentas, kami istirahat. Kami tak suka keluar minum alkohol," ujar Marlon. Mereka lebih senang menghabiskan waktu bersama keluarga. Di waktu senggang, Tito suka mengutak-atik otomotif, sementara Jackie senang naik gunung.
Grup musik itu berjaya sejak 1960-an dan mengeluarkan banyak album. Lagu yang membawa mereka menjadi kondang adalah I Want You Back. Setelahnya, dalam formasi lima bersaudara, mereka melambung dengan lagu-lagu lainnya, memuncaki tangga lagu rock and roll, Hall of fame, Billboard 100, dan Top 5 Awards. Lagu yang sangat kondang banyak diingat orang, seperti Who’s Loving You, terjual hingga dua juta kopi dalam enam pekan. Lagu-lagu seperti ABC, I’ll be There, dan Rockin’ Robin merajai di era akhir 1960-80-an.
Ada puluhan album yang telah dilahirkan para musikus yang lahir dan tumbuh di Gary Indiana ini, baik dalam formasi The Jackson maupun The Jackson 5. Nah, mereka tak mudah untuk terus menjaga kesuksesan mereka. "Lebih sulit mempertahankan," ujar Tito.
Kelompok ini tak hanya memanjakan para penggemar dengan lagu-lagu atau musik mereka, tapi juga menjadi inspirasi bagi para musikus setelahnya untuk membentuk band-band pria (boy band) era 1990-2000-an. Mereka santai saja menanggapi fakta itu. Menurut mereka, setiap boy band punya format dan kekuatan masing-masing.
Lagu-lagu dan penampilan para musikus mengikuti waktu yang berjalan. Dulu mereka melejit dari siaran radio, televisi, dan tur ke berbagai tempat. Grup musik era sekarang tak hanya mendistribusikan lagunya lewat radio, televisi, dan tur, tapi juga melalui Internet semacam Spotify, iTunes, dan sebagainya. Era yang serba cepat membawa perubahan dalam berkarya dan bermusik. Semua serba cepat. Hal itu tidak hanya memberi dampak positif, juga negatif. Misalnya, minimnya penghargaan kepada pencipta lagu. "Orang tak semua tahu siapa pencipta lagu, saking semua serba cepat," ujar Tito.
Dalam acara Java Jazz 2020, mereka tampil pada Sabtu, 29 Februari 2020. Mereka membawakan lebih dari belasan lagu. Beberapa lagu kondang dan menjadi andalan mereka nyanyikan, seperti Can You Fell It, Blame It on The Boogie, dan Rock With You. Usia seperti tak mengalahkan aksi mereka di panggung. Penonton bukan hanya orang tua yang seumuran mereka, tapi juga anak-anak muda.
Para musikus senior yang tampil pada perhelatan itu tak hanya The Jackson, ada pula Ron King Big Band yang tampil sendiri dan berkolaborasi dengan beberapa musikus, seperti Yuni Shara dan Ardito Pramono. Ada pula Harvey Mason. Java Jazz juga menyuguhkan banyak musikus atau penyanyi muda.
Andalan untuk menggaet penonton muda, misalnya, dengan menghadirkan penyanyi kelahiran Inggris, Bruno Major, pada hari kedua (Sabtu, 29 Februari), dan penyanyi asal Amerika Serikat, Omar Apollo, pada hari terakhir (Minggu, 1 Maret).
Omar tampil memukau dan membuat histeris para penonton, yang didominasi kaum milenial. "Hallo Jakarta, terasa baik berada di sini," demikian Omar menyapa setelah membawakan dua lagu, Ashamed dan Kickback. Penyanyi kelahiran 20 Mei 1997 itu menyanyikan banyak lagu, seperti Frio, Unothered, Erase, There for Me, Trouble, Brake Light, So Good, dan Hijo de Su Made.
Adapun sehari sebelumnya, Bruno Major tampil membawakan Like Some in Love, Fashioned, Soul, Sleep When I’m Older, Just the Same, dan lain-lain. "It’s one of my favorite song, called Just the Same," ujar Bruno sebelum menyanyikan lagu itu. Tepuk tangan dan teriakan dari penonton menggema. Musikus yang memulai karier bermusiknya pada 2014 itu juga memainkan solo guitar, yang juga disambut meriah oleh penonton. MOYANG KASIH DEWIMERDEKA | MOCH RYAN HIDAYAT | DIAN YULIASTUTI