Siapa sesungguhnya yang harus dikasihani nasibnya? Para pekerja seks atau pemerintah? Portal berita Detik.com menulis berita dengan judul "Dolly Tetap Beroperasi" pada 26 Juni 2014. Berita itu menulis bahwa pekerja lokalisasi Jarak-Dolly bersama warga sekitarnya menggelar syukuran atas tetap beroperasinya lokalisasi yang konon terbesar se-Asia Tenggara itu. Mereka menyembelih seekor kerbau yang dililit dengan karton bertulisan nama Soekarwo dan Risma.
Sebelum disembelih, kerbau bule tersebut diarak di kawasan Dolly dan Jarak. "Selain menyambut datangnya bulan Ramadan, syukuran dengan menyembelih kerbau juga menandakan tanda perlawanan kami, dan bersyukur aktivitas di lokalisasi masih beroperasi seperti biasa," ujar Slamet, Humas Front Pekerja Lokalisasi (FPL), di sela pengarakan kerbau, kemarin.
Dari pantauan Detik.com, kerbau tersebut dililit dengan karton yang bertulisan tiga nama tokoh yang dianggap sebagai penindas warga dan pekerja di lokalisasi Jarak dan Dolly.
Saat mengarak kerbau tersebut, para pekerja meneriakkan yel-yel yang menghujat nama-nama tokoh tersebut seperti kerbau. Aksi tersebut mendapat sambutan warga yang dilintasi arakan kerbau. Selain itu, sempat menghambat arus lalu lintas di Jalan Jarak menuju ke Girilaya maupun arah sebaliknya.
Memang Wali Kota Risma harus bersabar menghadapi sikap warga Dolly dan kelompoknya karena begitulah cara berpikir dan pengetahuan mereka. Dibutuhkan waktu dan pemahaman terus-menerus agar mereka menerima solusi Pemerintah Kota Surabaya.
Bunda Inung
Bekasi