Mental Revolusi
Candra Malik,
Praktisi Tasawuf
Kita tidak punya musuh bersama. Karena itulah, kita saling memusuhi. Yang pada mulanya kawan, pada akhirnya menjadi lawan. Takdir betapa tiada yang abadi dalam politik, selain kepentingan, telah membuat kita menjadikan segala sesuatu sebagai politik. Setidaknya, segala sesuatu itu wajar jika kita politisasi. Atas nama kepentingan, kita enteng menghalalkan segala cara. Bahkan dengan menciptakan musuh bersama, meski ia bersih dari dosa sejarah.
Politik pencitraan berhadap-hadapan dengan kampanye hitam. Politik bukan lagi tentang siapa bermain cantik, namun lebih tentang siapa berperan sebagai wasit. Tapi, wasit ternyata tidak ada dalam politik. Semuanya, bahkan termasuk para penonton, adalah pemain. Setiap penonton dihargai satu suara, yang dirumuskan dalam demokrasi sebagai "one man one vote". Tidak ada peluit, kartu merah, kartu kuning, off-side, penalti, atau pelanggaran apa pun.
Candra Malik,
Praktisi Tasawuf
Kita tidak punya musuh bersama. Karena itulah, kita saling memusuhi. Yang pada mulanya kawan, pada akhirnya menjadi lawan. Takdir betapa tiada yang abadi dalam politik, selain kepentingan, telah membuat kita menjadikan segala sesuatu sebagai politik. Setidaknya, segala sesuatu itu wajar jika kita politisasi. Atas nama kepentingan, kita enteng menghalalkan segala cara. Bahkan dengan menciptakan musuh bersama, meski i
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini