Matinya Sang Kritikus
Geger Riyanto,
PEGIAT PERBUKUAN
Untuk pertama kalinya semenjak saya bersentuhan dengan dunia literer Indonesia, idiom kritikus menjadi perhatian luas. Penulis tersohor yang melambungkan idiom kritikus itu, pertama, tak paham apa itu kritikus. Hanya lantaran ada seorang pekerja perbukuan tergelitik oleh klaim-klaim hiperbolik si penulis beserta penerbitnya, lantas hendak menjernihkannya dengan data-data yang solid, si penulis kontan menuduhnya tidak kompeten. Memang tidak secara implisit si penulis mengatakan demikian. Ia mengambil jalan memutar jauh dengan mengatakan, "Indonesia membutuhkan kritikus yang benar-benar memiliki kompetensi." Kita tidak tahu apa niat si penulis mengutarakan hal itu. Tapi ia tak bisa lepas tangan apabila banyak yang mengartikan kata-katanya sebagai "Indonesia tidak memiliki kritikus yang kompeten".
Geger Riyanto,
PEGIAT PERBUKUAN
Untuk pertama kalinya semenjak saya bersentuhan dengan dunia literer Indonesia, idiom kritikus menjadi perhatian luas. Penulis tersohor yang melambungkan idiom kritikus itu, pertama, tak paham apa itu kritikus. Hanya lantaran ada seorang pekerja perbukuan tergelitik oleh klaim-klaim hiperbolik si penulis beserta penerbitnya, lantas hendak menjernihkannya dengan data-data yang solid, si penulis kontan menuduhnya tid
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini