LEIPZIG — Persaingan dalam penyisihan Grup H Liga Champions musim ini cukup sengit. Grup H memang menyandang predikat “grup neraka”. Betapa tidak, grup tersebut diisi Manchester United, Paris Saint-Germain, Red Bull Leipzig, dan Istanbul Basaksehir.
Saat ini, United, PSG, dan Leipzig mengantongi nilai sama, sembilan. Menyisakan satu laga, ketiga klub punya peluang yang sama untuk lolos ke babak 16 besar. Sesuai dengan jadwal, Leipzig akan berjumpa dengan United di Red Bull Arena, dinihari nanti.
Adapun PSG akan menjamu Istanbul di Parc des Princes pada waktu yang sama. Di atas, kertas PSG berpeluang menang mudah atas wakil Turki itu. Sebab, dari peta kekuatan, tim berjulukan Les Parisiens itu jauh lebih berotot dibanding Basaksehir.
Sebaliknya, laga Leipzig melawan United akan menjadi laga hidup dan mati. Siapa pun yang kalah—sementara PSG meraih hasil menang atau imbang—harus rela turun kasta ke babak 32 besar Liga Europa.
Sebagai tuan rumah, Leipzig unggul mental. Terlebih tim asuhan Julian Nagelsmann itu mampu menahan imbang juara bertahan Bundesliga, Bayern Muenchen, dengan skor 3-3 di Allianz Arena, Ahad lalu.
"United itu tim cantik dengan kekuatan dan karisma besar. Tapi mereka punya kelemahan yang bisa kami manfaatkan," kata Nagelsmann.
Sejumlah fan fanatik United sudah bisa menjawab kelemahan yang dimaksud, yakni lini pertahanan. Tim berjulukan Setan Merah itu memang punya kinerja pertahanan yang tak konsisten.
Laga melawan Basaksehir di Stadion Fatih Terim, 5 November lalu, menjadi bukti erornya lini pertahanan United. Dalam laga tersebut, United kalah 1-2. Dua gol yang masuk ke gawang Dean Henderson disebabkan oleh kacaunya komunikasi dan kinerja Harry Maguire dan kolega.
Maguire memang tak bisa disalahkan sendiriankarena United masih punya Victor Lindelof, Axel Tuanzebe, hingga Phil Jones. Namun Maguire punya beban lebih besar karena ia lebih sering bermain dalam laga penting ditambah pemain berusia 27 tahun itu kapten Manchester merah.
Faktanya, tak sedikit blunder yang dibikin Maguire sejak bergabung dengan United pada 2019. Sejumlah pengamat Liga Primer pun menganggap kualitas Maguire memang tak sebanding dengan harga belinya, 87 juta euro atau sekitar Rp 1,4 triliun.
"Dari kecepatan dan kualitas, Maguire belum bisa disamakan dengan bek Liverpool, Virgil van Dijk," kata bek Manchester United era 1982-1989, Paul McGrath.
Menurut McGrath, terkadang Maguire seperti kebingungan menempatkan diri ketika United diserang lawan. Lebih-lebih lawan mengaplikasikan serangan balik kilat.
"Jika lanjut di kompetisi Eropa, United akan menghadapi penyerang berkecepatan tinggi, seperti Serge Gnabry (Bayern Muenchen) dan Antoine Griezmann (Barcelona). Bagaimana cara Maguire menghentikan mereka?" kata pria berusia 61 tahun itu.
Sementara itu, gelandang United 2007-2011, Owen Hargreaves, menyebut Maguire justru bikin manajer Ole Gunnar Solskjaer waswas dalam setiap laga. Sebab, potensi blunder Maguire terkadang datang begitu saja. "Jadi, selain cemas akan pemain lawan, Solskjaer seperti khawatir bila beknya berulah," kata dia.
Solskjaer sepertinya masih percaya Maguire bisa diandalkan dalam memimpin lini pertahanan United. Menurut pelatih berkebangsaan Norwegia itu, Maguire sudah menunjukkan perkembangan positif di atas lapangan.
Mantan manajer Molde itu pun optimistis Maguire masih layak menyandang ban kapten di lengannya. "Maguire orang yang bijaksana. Dia juga bisa memimpin kawan-kawannya dalam situasi apa pun," kata Solskjaer.
Semoga saja keyakinan Solskjaer itu bisa dibayar tuntas oleh Maguire. Tak perlu lewat gol karena saat ini United punya barisan penyerang tajam yang dipimpin Bruno Fernandes. Tugas Maguire hanya tampil fokus selama 90 menit melawan Leipzig. Jika berulah lagi, selain dirundung fan di media sosial, United bakal turun kasta ke Liga Europa.
MANCHESTER EVENING NEWS | GOAL | INDRA WIJAYA
Berharap pada Konsistensi Maguire