MANCHESTER – Federasi Asosiasi Sepak Bola Eropa atau UEFA mendadak populer di media sosial Twitter, kemarin. Setidaknya, UEFA dikicaukan 113 ribu kali oleh warganet. Selain itu, kata #RIPFFP atau matinya Financial Fair Play ikut naik daun di Twitter.
Maksudnya, warganet menyatakan kesedihan sekaligus kekesalan mereka terhadap aturan Financial Fair Play atau keadilan finansial klub-klub Eropa.
Rupanya, itulah reaksi warganet terhadap putusan Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) terkait dengan permohonan banding Manchester City. Sebelumnya, The Citizens mengajukan permohonan banding terhadap putusan UEFA tentang hukuman pelanggaran keadilan finansial.
UEFA, pada 15 Februari lalu, menjatuhkan hukuman larangan tampil di Liga Champions dan Liga Europa selama dua musim kepada Manchester City. Selain itu, City dijatuhi sanksi denda sebesar 30 juta euro atau sekitar Rp 492 miliar.
Nah, CAS merevisi hukuman untuk City. Tak ada lagi sanksi larangan tampil di kompetisi Eropa selama dua musim mendatang. CAS juga mengkorting denda Manchester Biru menjadi 10 juta euro saja atau sekitar Rp 164 miliar.
Kubu Manchester City girang bukan main saat mendengar kabar dari CAS. Hilang sudah kegundahan hati mereka perihal bayangan suram larangan tampil di Liga Champions dua musim mendatang.
Terlebih, City memang belum pernah mengangkat Si Telinga Besar—julukan trofi Liga Champions. Koleksi trofi City di kompetisi Eropa sejauh ini hanyalah piala usang Winner Cup 1969/1970.
“Tim kuasa hukum City belum mempelajari lebih dalam ihwal putusan CAS. Tapi kami mengucapkan terima kasih mendalam untuk CAS,” demikian Manchester City menulis.
Hal yang bikin warganet kecewa, UEFA tak punya kuasa atas putusan CAS. Intinya, Manchester City boleh berkompetisi lagi di Liga Champions pada musim mendatang. UEFA sudah mengeluarkan tanggapan resmi.
Isinya, mereka hanya mencatat putusan CAS tentang revisi hukuman Manchester City. “Kami juga mencatat keputusan panel CAS tentang tak ada bukti meyakinkan atas tuduhan pelanggaran keadilan keuangan,” tulis UEFA.
UEFA lantas menyebutkan bahwa mereka masih akan menjunjung tegas aturan FFP. Menurut mereka, aturan ini sangat membantu klub dalam mengatur keuangan.
Manajer Manchester City, Josep Guardiola, tersenyum lebar setelah hukuman untuk timnya dianulir. Pelatih berkepala plontos itu mengaku lega timnya masih punya kesempatan tampil dalam kompetisi paling bergengsi di seantero Eropa itu pada musim 2020/2021. Terlebih, secara hitungan di atas kertas, Manchester Biru sudah lolos ke babak penyisihan Liga Champions musim mendatang.
Hingga pekan ke-35, City sudah mengantongi 72 poin. Secara hitung-hitungan, City tak akan mungkin terlempar dari posisi kedua klasemen akhir Liga Primer musim ini. Sesuai dengan aturan, hanya empat tim teratas di Liga Primer yang boleh tampil di Liga Champions.
“Kami memang layak tampil di Liga Champions. Semoga UEFA tetap mengizinkan kami tampil musim berikutnya,” kata pelatih berusia 49 tahun itu.
Pudarnya sanksi UEFA ikut menenteramkan ruang ganti pemain. Ya, ketika kabar ihwal sanksi larangan tampil di Liga Champions muncul, sejumlah pemain City dikabarkan berniat hengkang. Maklum, Liga Champions merupakan magnet paling kuat bagi pemain-pemain jempolan.
Selain itu, jika benar City tak bisa tampil di Liga Champions selama dua musim, klub ini akan kehilangan daya tarik di mata pemain incaran. Bisa saja pemain anyar yang sedang dibidik City justru memilih tim lain yang tampil di Liga Champions.
“Kini Guardiola bisa tenang belanja di bursa transfer. City masih menjadi daya tarik bagi pemain bintang,” kata pemain City pada 1995-1999, Michael Brown.
Kabar tentang City tentu bikin persaingan memperebutkan posisi ketiga dan keempat klasemen Liga Primer semakin ketat. Chelsea, Leicester City, dan Manchester United—tim penghuni posisi ketiga, keempat, dan kelima klasemen—yang semula anteng, kini harus berebut dua tiket Liga Champions yang tersisa.
INDRA WIJAYA | UEFA | BBC | MIRROR
Matinya Financial Fair Play