JAKARTA - Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Ferry Kono mengatakan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach telah menyerahkan model babak kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 ke federasi internasional cabang olahraga.
Menurut Ferry, nantinya federasi cabang olahraga yang bakal menentukan model kualifikasi yang bakal dijalankan. Hal ini tentunya berkaitan dengan tertundanya berbagai babak kualifikasi akibat merebaknya wabah virus corona.
"Ini bisa jadi peluang bagi atlet kita untuk lolos. Kemungkinan terbesar model yang dipakai adalah dengan sistem wild card karena ada beberapa negara yang tidak jadi menyertakan atletnya ke babak kualifikasi," kata Ferry, kemarin.
Terbukanya kemungkinan tersebut, menurut Ferry, akan dikoordinasikan dengan masing-masing cabang olahraga. Koordinasi bisa dilakukan melalui video conference. Nantinya akan dibicarakan soal strategi untuk mendapatkan tambahan tiket ke Olimpiade 2020.
"Kita coba koordinasikan polanya seperti apa. Apa menggunakan strategi berbeda atau bagaimana. Nanti akan kita bicarakan," kata dia.
Dalam siaran persnya, IOC mengatakan hingga kini 57 persen atlet sudah lolos kualifikasi. "Untuk sisa 43 persen, IOC akan bekerja sama dengan federasi internasional untuk membuat penyesuaian yang diperlukan dan sistem kualifikasi," demikian pernyataan IOC.
IOC menekankan agar semua tempat kuota yang telah dialokasikan hingga saat ini tetap diperuntukkan untuk Komite Olimpiade Nasional (NOC) dan atlet yang memperolehnya. "Kemungkinan tetap menggunakan babak kualifikasi yang ada dan dijadwalkan."
Semua adaptasi yang diperlukan untuk sistem kualifikasi dan alokasi tempat yang tersisa berdasarkan hasil di lapangan, misalnya peringkat dunia atau hasil penampilan atlet. Selain itu, jika memungkinkan merefleksikan prinsip-prinsip yang ada dari sistem kualifikasi masing-masing, seperti penggunaan peringkat atau hasil kejuaraan regional.
Sementara itu, Kepala Kontingen Olimpiade Indonesia Rosan Roeslani mengatakan IOC dan pemerintah Jepang tetap berusaha supaya pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020 sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, yakni 24 Juli sampai 9 Agustus 2020.
Untuk itu, IOC telah mengadakan pembicaraan dengan berbagai federasi olahraga dunia serta komite Olimpiade negara anggota pada Selasa lalu. "Jepang ingin sesuai dengan jadwal. Saya diberi tahu bahwa sedang dikaji beberapa opsi," kata Rosan.
Rosan, yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI), mengatakan salah satu opsi yang ada adalah pelaksanaan beberapa pertandingan digelar dengan pembatasan penonton.
Selain itu, Rosan menambahkan, bakal ada pertandingan yang tak boleh ada penonton sama sekali. "Ada juga yang bertanding tapi penonton tidak boleh masuk, hanya ofisial dan yang berhubungan dengan atlet yang bisa masuk. Tapi itu masih sedang dikaji," kata Rosan.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia ini mengatakan persiapan kontingen Indonesia tetap berjalan seperti biasa. Tapi, kata Rosan, ada persoalan beberapa kualifikasi yang berpotensi menambah jumlah atlet untuk lolos mengalami penundaan.
Kualifikasi cabang olahraga yang tertunda itu, antara lain panjat tebing, bulu tangkis, dan angkat besi. "Keputusan seperti apa yang diambil, kita masih menunggu dari IOC. Mestinya kualifikasi ini sampai akhir Mei," ucap dia.
Keinginan IOC untuk tetap menggelar Olimpiade Tokyo 2020 sesuai dengan jadwal mendapat dukungan seluruh NOC dari 40 negara, termasuk Indonesia. "Bahkan sudah ada dialog antara Thomas Bach dan Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari," ucap Ferry.
Meski begitu, IOC tak menutup mata dengan merebaknya wabah virus corona. Untuk itu, kata Ferry, IOC menyerahkan kepada panitia pelaksana Olimpiade Tokyo 2020 untuk menyiapkan protokol kesehatan.
Sedangkan untuk KOI, Ferry menambahkan, bakal berkoordinasi dengan seluruh cabang olahraga untuk menyampaikan hasil rapat bersama IOC. Saat ini sudah ada beberapa atlet Indonesia yang harus menjalani karantina kesehatan.
Mereka adalah atlet bulu tangkis yang baru saja berlaga di All England. Ia menyebutkan protokol kesehatan harus disosialisasi supaya atlet bisa menjalani pola latihan berbeda, terutama yang masih dalam tahap karantina.
"Apalagi dalam rencana awal cabang bulu tangkis akan berangkat lebih dulu untuk adaptasi dan penyesuaian. Kalau situasi memungkinkan, kita akan kirim tim pendahulu untuk memastikan tempat bagi atlet Indonesia ini sudah bisa dikatakan steril," ucap dia.IRSYAN HASYIM