LONDON - Liga Primer berubah jadi laga antarkampung alias tarkam. Kelak, dalam benak komentator sepak bola Gary Neville, demi menyelesaikan kompetisi musim ini, klub-klub Liga Primer akan bermain tanpa henti dalam waktu sembilan hari.
"Saya kira para pemain juga suka-suka saja kok," katanya dalam sebuah acara talk show bersama Jamie Carragher, juga komentator sepak bola yang bekas pemain Liverpool. "Anggap saja ini perayaan kembalinya sepak bola."
Neville tentu tak serius dengan idenya itu. Namun apa yang ada di benak bekas pemain Manchester United tersebut bisa menggambarkan betapa ruwetnya persoalan yang dihadapi liga sepak bola di negeri itu saat ini.
Keputusan baru yang dikeluarkan otoritas sepak bola di negeri itu, Kamis lalu, adalah sebabnya. Penundaan Liga Primer yang semula berakhir pada 4 April ternyata diperpanjang menjadi 30 April.
Penyebaran virus corona di negeri ini tidak bisa dianggap remeh. Sampai Jumat lalu saja, setidaknya di Inggris Raya tercatat 2.626 kasus, 108 di antaranya tewas. Otoritas sepak bola di sana tentu tak mau gegabah dengan kondisi itu.
Walhasil, semua jadwal pun harus disesuaikan lagi. Dan itu tidaklah mudah.
Satu yang harus diperhatikan adalah imbauan yang dikeluarkan Konfederasi Sepak Bola Eropa (UEFA). Dalam pertemuan perwakilan 55 klub Eropa, Rabu lalu, mereka memberikan batas waktu penyelesaian liga di masing-masing negara, yakni pada 30 Juni.
Batas waktu itu diberikan, salah satunya, agar UEFA punya jadwal untuk acaranya sendiri. Di antaranya menggelar pertandingan play-off Piala Eropa, yang telah ditetapkan diundur pelaksanaannya menjadi tahun depan.
Selain itu, mereka ingin menjamin para pemain yang habis masa kontraknya. Biasanya masa kontrak para pemain berakhir pada 30 Juni. Dengan kata lain, klub bisa tetap memakai jasa pemain pada akhir masa kerjanya.
Tak kalah penting juga, selepas Juni dipastikan cuaca di Eropa, yang masuk musim panas, akan menguras stamina pemain.
Bagus, memang. Tapi dengan penambahan waktu penundaan hingga empat pekan, akan makin sulit menuntaskan perputaran Liga Primer.
Dalam waktu dua bulan yang tersisa, mereka harus menyelesaikan 92 laga tersisa. Belum lagi, penyelenggaraan Piala FA dan beberapa klub yang masih bermain di Liga Champions dan Liga Europa.
Pusing, sudah pasti. Tapi apa mau dikata, kompetisi harus diselesaikan.
Tuntasnya kompetisi tak sekadar bisa menentukan juara dan mereka yang kena degradasi pada musim depan, tapi juga erat hubungannya dengan fulus. Dengan tuntasnya kompetisi, semua kebagian uang.
Pemerintah dipastikan akan menambah pemasukan uang pajak. Klub-klub juga mendapat uang dari hak siar televisi. Sedangkan pengelola Liga Primer bebas dari tuntutan sponsor andai kompetisi gagal tuntas.
Untuk itu, penyelenggara Liga Primer, Federasi Sepak Bola Inggris, dan pengelola Liga Sepak Bola Inggris (EFL) bersepakat untuk menyelesaikan liga musim ini. Berbagai usul yang semula muncul, misalnya menghentikan kompetisi atau meniadakan tim-tim yang turun kelas dan menambah dua peserta, tinggal cerita.
"Kami bersama-sama berkomitmen untuk mencari cara menuntaskan gelaran musim kompetisi 2019/2020 yang mencakup seluruh kompetisi domestik dan liga-liga di Eropa," demikian pernyataan resmi dari mereka.
Namun, dengan waktu yang mepet, besar kemungkinan mereka akan melampaui waktu yang diminta oleh UEFA, yakni 30 Juni mendatang. Kamis lalu, FA menyampaikan kemungkinan tersebut.
Selain itu, jadwal akan sangat ketat. Terutama bagi mereka yang masih bermain di turnamen lain, seperti Piala FA dan Liga Champions atau Liga Europa.
Sejauh ini, belum ada klub Liga Primer yang menolak keputusan itu. Arsenal salah satunya.
"Kami mendukung sepenuhnya keputusan itu. Tentu saja, kami ingin segera bermain sepak bola kembali, tapi yang harus diutamakan saat ini adalah melakukan hal-hal yang bisa menyelamatkan kita semua," demikian pernyataan resmi klub itu. BBC | SKYSPORTS | DAILYMAIL | IRFAN BUDIMAN
Siasat Baru Menuntaskan Liga Primer