MANILA - I Gusti Bagus Saputra hanya bisa pasrah. Pembalap BMX andalan Indonesia yang merupakan juara bertahan itu harus finis di posisi keenam. Bagus berada di belakang Rio Akbar yang finis di posisi kelima. Padahal balapan nomor BMX menjadi harapan Indonesia untuk menambah medali emas sehari menjelang penutupan SEA Games 2019.
Bagus dan Rio terpeleset dalam balapan yang berlangsung di BMX Track Tagaytay City, Filipina, kemarin. Hasil itu jelas di luar dugaan karena kedua pembalap sudah sejak lama dipersiapkan untuk menghadapi SEA Games. Bahkan beberapa kejuaraan internasional diikuti guna menambah jam terbang dan mengasah kemampuan mereka.
"Terus terang hasil BMX ini di luar dugaan," kata manajer tim balap sepeda Indonesia, Budi Saputra, saat dikonfirmasi dari Manila.
Dalam BMX race ini, medali emas direbut oleh pembalap asal Thailand, Komet Sukprasert. Sementara itu, pembalap tuan rumah Filipina, Daniel Patrick Caluag, meraih medali perak. Adapun perunggu direbut oleh pembalap Thailand lainnya, Somkid Haratawan.
Gagalnya Bagus mempertahankan emas membuat tim balap sepeda tak mampu memenuhi target tiga emas. Cabang ini hanya mampu menyumbang satu emas yang didapat Aiman Cahyadi dari nomor Individual Time Trial. Selain itu, tim balap sepeda memperoleh empat medali perak dan satu perunggu. Salah satu perak diraih oleh Toni Syarifudin di nomor BMX Time Trial.
Sebelumnya, pelatih kepala timnas balap sepeda, Dadang Harris Poernomo, mengaku hasil dalam SEA Games kali ini belum sesuai dengan harapan. Dimulai dari lintas alam yang tanpa medali, hingga downhill yang hanya mendapat perak dan perunggu.
"Di nomor balapan, peningkatannya pesat dibanding SEA Games Malaysia. Kami dapat satu emas, dua perak, dan satu perunggu. Kalau di Malaysia hanya satu perunggu, itu pun dari putri," kata Dadang.
Sama halnya dengan nomor BMX, harapan terakhir meraih medali di nomor renang perairan terbuka 10 kilometer juga kandas. Perenang andalan Aflan Fadlan Prawira finis di peringkat keempat dalam lomba yang digelar di Hanjin Boat Terminal, Cubi Point, Subic, Filipina, kemarin.
Atlet berusia 22 tahun itu menyelesaikan lomba dalam waktu 2 jam 33 menit 55 detik, terpaut 3 menit 40 detik dari peringkat ketiga yang ditempati atlet Thailand, Tanakrit Kittiya, yang berhak atas medali perunggu. Namun Fadlan sudah menyumbang dua medali perak dan satu perunggu dari nomor renang lainnya dalam SEA Games 2019.
Sehari sebelumnya, tim Indonesia yang turun di nomor 4 x 100 meter gaya ganti estafet putra harus puas meraih perak setelah tak mampu mengimbangi kuartet Singapura. I Gede Siman Sudartawa, yang turun bersama Triadi Fauzi, Gagarin Nathaniel, dan Glenn Victor Sutanto, di lintasan lima harus puas finis di peringkat kedua dengan waktu 3 menit 43,27 detik.
Sedangkan tim Singapura, yang dipimpin Zheng Wen Quah, melesat di kolam Aquatic Center yang berada di New Clark City, Filipina, dengan waktu 3 menit 38,63 detik untuk memboyong emas renang ke-23 bagi negaranya. Sementara itu, tim Vietnam menyusul di urutan ketiga, yang mencatatkan waktu 3 menit 44,36 detik.
"Sebelum lomba, saya sudah merasakan punggung sakit. Tapi saya berusaha melawan rasa sakit itu untuk bisa mempersembahkan medali," ujar Siman, yang sebelumnya mempersembahkan emas dari nomor 50 meter gaya punggung.
Singapura keluar sebagai juara umum cabang renang dengan torehan 23 emas, sepuluh perak, dan empat perunggu. Sedangkan Indonesia di peringkat keenam atau terakhir dengan satu emas, enam perak, dan tujuh perunggu.
Di cabang tinju, Kornelis Kwangu Langu dan Endang juga harus puas dengan masing-masing meraih perak. Kedua petinju andalan Indonesia itu dikalahkan petinju tuan rumah Filipina dalam babak final di Philippine International Convention Centre (PICC) Manila, Filipina, Senin malam lalu.
Kornelis tampil agresif di final kelas layang ringan (46-48 kilogram) putra melawan Carlo Paalam. Pertarungan di antara kedua petinju berlangsung relatif berimbang. Baik Kornelis maupun Paalam saling melancarkan pukulan sepanjang pertarungan yang berlangsung tiga ronde itu. Juri akhirnya memutuskan petinju tuan rumah sebagai pemenang dengan skor tipis 2-3. Petinju andalan Indonesia ini pun harus puas dengan medali perak.
Seusai pertandingan, Kornelis mengatakan ia telah berusaha keras dan tampil sebaik-baiknya untuk merebut medali emas. Namun penampilannya yang agresif itu belum cukup untuk menundukkan petinju tuan rumah.
"Ya, saya hanya bisa pasrah dengan keputusan juri. Yang pasti, saya sudah tampil sebaik mungkin untuk bisa mengalahkan dia. Mungkin rezeki saya memang hanya medali perak di Filipina," kata Kornelis.
Sebelumnya, dalam pertandingan semifinal, Kornelis tampil memukau dengan mengalahkan petinju Kamboja, Rangsey Sao, dengan skor 5-0. Ia mampu bermain agresif dan tidak memberi peluang lawan untuk membalas. Sayangnya, kemampuan Kornelis diredam petinju Filipina di babak final.
Kegagalan meraih medali emas juga dialami Endang. Petinju putri yang turun di kelas layang ringan (45-48 kilogram) itu harus mengakui ketangguhan Josi Gabuco. Endang lolos ke babak final setelah sukses mengalahkan petinju Myanmar, Aye Nyien Htoo, dengan skor 5-0.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Tinju Indonesia, Jhoni Asadoma, Endang terlihat kesulitan bertanding jarak pendek melawan Gabuco. Endang akhirnya sulit melontarkan pukulan ke sasaran yang tepat.
"Endang memang kalah oleh petinju Filipina itu. Pukulannya banyak yang tidak mengenai sasaran ketika meladeni pertarungan jarak pendek yang diterapkan lawannya. Endang harusnya bermain dalam jarak pukul karena dia unggul jangkauan," kata Jhoni.
Sementara itu, Grece Savon Simangunsong, yang turun di kelas menengah ringan (69 kilogram), harus puas meraih medali perunggu. Di semifinal, anak mantan petinju nasional Hendrik Simangunsong ini kalah angka oleh petinju Thailand, Wuttichai Masuk.
ANTARA | NUR HARYANTO