Homepage
  • login/register
  • Home
  • Berita Utama
  • Editorial
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Internasional
  • Olahraga
  • Sains
  • Seni
  • Gaya Hidup
  • Info Tempo

koran tempo

1
Agustus
2020
Dukung Independensi Tempo
  • Home
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Sains
  • Editorial
  • Opini
  • Info Tempo
  • Cari Angin
SebelumnyaObituari 1/1 Selanjutnya
Obituari

Sang Penjaga Napas Sastra

Ajip Rosidi (1938-2020) tak hanya produktif berkarya, tapi juga sangat peduli terhadap sastra berbahasa daerah.

Edisi, 1 Agustus 2020
Profile
Tempo
Sastrawan, Ajip Rosidi di Jakarta, 24 Maret 2011. DOk.TEMPO/Arnold Simanjuntak

Sebulan lalu, JJ Rizal masih kerap menelepon Ajip Rosidi yang berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sejarawan sekaligus pemilik penerbit buku Komunitas Bambu itu berencana menerbitkan buku kumpulan sajak lengkap Ajip 1952-2006 dengan tebal sekitar 800 halaman. Tapi buku itu ternyata tidak akan pernah sampai ke tangan penulisnya. Ajip telah berpulang pada Rabu malam lalu.

“Itu janji saya. Belum sempat terbit karena tersandung pandemi. Padahal, buku yang dikerjakan sejak tiga tahun lalu itu tinggal menunggu pengantar dari dia,” ujar Rizal kepada Tempo, Kamis lalu.

Buku kumpulan sajak itu direncanakan diluncurkan tepat pada hari lahirnya pada 31 Januari tahun depan. Menurut Rizal, Ajip sempat meminta agar kumpulan sajaknya segera diluncurkan di tengah situasi pandemi. Namun Rizal berpendapat penerbitan karya lengkap itu perlu dirayakan. Sebab, menurut dia, Ajip salah satu sosok penting dalam dunia sastra dan budaya Tanah Air.

Ajip lahir di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, 31 Januari 1938. Ia tidak menyelesaikan pendidikannya hingga di Taman Madya (tingkat SMA) di Taman Siswa Jakarta. Kiprahnya dalam sastra Indonesia dimulai sejak 1952 dengan menulis puisi, cerita pendek, roman, hingga drama. Tak hanya dalam bahasa Indonesia, ia menulis dalam bahasa Sunda. Buku pertamanya terbit ketika Ajip baru menginjak usia 17 tahun pada 1955 dengan judul Tahun-tahun Kematian.

Hingga kini, tak kurang dari 110 judul buku telah lahir baik berbahasa Indonesia ataupun Sunda. Beberapa di antaranya adalah kumpulan puisi Pesta (1956), Tjari Muatan (1959), Jante Arkidam jeung salikur sajak lianna (puisi bahasa Sunda, 1967), Sajak-sajak Anak Matahari (1979), dan Nama dan Makna (1988). Kumpulan cerpennya antara lain Tahoen-tahoen Kematian (1951) dan Pertemuan Kembali (1962). Novelnya, Perjalanan Pengantin (1958) dan Anak Tanah Air (1985).

Adapun buku non-fiksinya antara lain Sastera dan Budaya: Kedaerahan dalam Keindonesiaan (1995), Masa Depan Budaya Daerah (2004), Korupsi dan Kebudayaan (2006), dan Ensiklopedi Sunda (2000). Ia pernah menerima Hadiah Sastera Nasional untuk puisi (1955-1956) dan prosa (1957-1958). Pada 1993 ia mendapat Hadiah Seni dari Pemerintah RI. Pada 2011, ia memperoleh gelar doktor kehormatan (honoris causa) bidang budaya dari Universitas Padjadjaran.

Rizal mengenal Ajip sebagai budayawan tanpa pamrih. Hampir seluruh hidup dan harta Ajip dicurahkan untuk sastra dan kebudayaan. Salah satu bentuk kecintaannya kepada sastra dan kebudayaan adalah mengabdikan diri pada pengelolaan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin yang berkantor di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta. “Pak Ajip rela pergi-pulang antara Jakarta-Magelang hanya untuk mengurus PDS HB Jassin,” tutur Rizal lagi.

Salah satu harapan yang belum sampai, ujar Rizal, adalah mewujudkan PDS HB Jassin menyatu dengan pusat museum sastra seperti yang ia impikan.

Hal senada dikisahkan Ariany Isnamurti, mantan Kepala Pengelola PDS HB Jassin. Menurut Ariany, Ajip sangat peduli atas eksistensi dan pelestarian dokumentasi dan koleksi sastra. Ia sering mencari dokumen di PDS dan rajin menyerahkan karya-karyanya untuk disimpan di sana. “Ucapan beliau yang masih terngiang sampai kini bahwa ia sangat heran apabila ada orang yang tak suka membaca,” ujar Ariany.

Meski kemudian pengelolaan diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta, Ariany berujar, semasa hidupnya Ajip masih memberikan perhatian besar pada PDS HB Jassin. Ajip berharap PDS bisa ikut berkembang, misalnya lewat layanan digital, seiring dengan rencana revitalisasi Taman Ismail Marzuki.

Ajip juga sangat peduli terhadap sastra berbahasa daerah, terutama sastra Sunda. Dalam pengantar autobiografi Ajip berjudul Hidup tanpa Ijazah, penulis sekaligus peneliti sastra, Henri Chambert Loir, bercerita Ajip terus berjuang membangkitkan kembali kesusastraan Sunda, baik melalui majalah, penerbitan, pertemuan, hingga hadiah. “Barangkali saja tidak ada orang lain di seluruh Indonesia yang berjuang dengan begitu gigih untuk menghidupkan kesusastraan dalam bahasa ibunya,” tutur Henri.

Ajip sempat pindah ke Jepang pada 1980 selama kurang lebih 20 tahun. Ia mengajar bahasa Indonesia di Osaka Gaidai sebagai dosen tamu. Meski puluhan tahun tinggal di Negeri Sakura, Ajip masih memikirkan kesusastraan Tanah Air. Pada 1988, Ajip menggagas Hadiah Rancagé sebagai bentuk penghormatan pengarang Sunda untuk buku sastra yang baru diterbitkan.

Selanjutnya, Hadiah Rancage berkembang dengan memberi penghargaan kepada karya sastra dalam bahasa lain, seperti pengarang Jawa dan Bali. “Buat Ajip, masalah bahasa dan sastra daerah bukan masalah masing-masing daerah, melainkan masalah nasional,” begitu Henri menuliskan.

Untuk keberlangsungan melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah, pada 1993 Ajip mendirikan Yayasan Kebudayaan Rancagé bersama Erry Riyana Hardjapamekas, Edi Suhardi Ekadjati, dan beberapa tokoh lainnya. Erry mengatakan saat itu bersedia bergabung karena ia memiliki kekhawatiran yang sama dalam kelestarian kebudayaan daerah yang mulai tergerus akibat globalisasi.

“Kekhawatiran kami ternyata jadi kekhawatiran semua. Bahkan, UNESCO (organisasi kebudayaan internasional) juga bilang perlunya memelihara bahasa ibu. Kepedulian kami tak hanya sastra tapi kebangsaan, negara, termasuk tentang korupsi,” ujar Erry, yang mantan salah satu pemimpin KPK itu. Sebelum dinaungi yayasan, Erry bercerita, Ajip membiayai sendiri penghargaan itu.

Menurut Erry, Ajip memang dikenal sebagai sosok yang memiliki solidaritas tinggi, terutama yang menyangkut soal sastra dan budaya. “Pak Ajip bahkan pernah membantu teman-teman seniman yang belum mendapatkan nama, namun produktivitas terkendala uang. Dia sering mengirimi alat lukis dari Jepang untuk pelukis pemula,” ujar Erry.

Adapun sastrawan Eka Budianta mengenal Ajip sebagai salah satu sastrawan paling produktif di Tanah Air. Tak hanya itu, Eka mengatakan, Ajip mapan secara ekonomi. Jadi, menurut Eka, kesusastraan tidak harus dikaitkan dengan hidup berkekurangan. “Tidak ada konsep bahwa pengarang itu kere, tapi kaya dan hatinya besar. Ajip mengajari untuk selalu memberi dan terus memberi.” ***

Larissa Huda 

 

 

W251bGwsIjIwMjEtMDQtMTEgMTc6MzA6MjUiXQ
#Sastra #Tokoh

SebelumnyaObituari 1/1 Selanjutnya

Hubungi Kami:

Alamat : Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No.8, Jakarta Selatan, 12210

Informasi Langganan :

Email : cs@tempo.co.id

Telepon : 021 50805999 || Senin - Jumat : Pkl 09.00 - 18.00 WIB

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2525 | 0882-1023-2343 | 0887-1146-002 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Informasi Lainnya :

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2828 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Komentar

Berita Terkait

  • Sang Penjaga Napas Sastra

    Berita Lainnya

  • Cover Story

    Sepuluh Malam Di Malaysia

    Dihantam skandal Joko Tjandra yang melibatkan sejumlah perwira tingginya, kepolisian akhirnya mengejar buron 11 tahun itu.

    1 Agustus 2020
  • Berita Utama

    Drama Satu Babak di Negeri Jiran

    Jokowi dikabarkan menelepon Perdana Menteri Muhyiddin agar bisa memulangkan Joko Tjandra dari Malaysia.

    31 Juli 2020
  • Berita Utama

    Polisi Berjanji Jerat Joko Tjandra dengan Kasus Suap

    Anita Kolopaking diperiksa soal penggunaan surat jalan palsu bersama Joko.

    31 Juli 2020
  • Berita Utama

    Akhir Pelarian di The Avare

    Pemerintah diminta mengusut dugaan pencucian uang Joko Tjandra.

    31 Juli 2020
  • Ekonomi dan Bisnis

    Pemerintah Perketat Pengawasan Arus Balik Mudik Idul Adha

    Pelonggaran protokol kesehatan bakal mendongkrak risiko penyebaran Covid-19.

    1 Agustus 2020
  • Ekonomi dan Bisnis

    Bisnis Kuliner Dapur Awan

    Hangry mendapat kucuran pendanaan US$ 2 juta dari program Sequoia Surge, April 2020.

    1 Agustus 2020
  • Metro

    Ganjil-Genap Kembali Berlaku di Ibu Kota Pekan Depan

    Dinas Perhubungan telah berkoordinasi dengan operator angkutan umum untuk mengantisipasi lonjakan jumlah penumpang.

    31 Juli 2020
  • Olah Raga

    Sergio Perez Positif Covid-19

    Perez sempat pulang ke Meksiko sebelum dinyatakan positif Covid-19.

    31 Juli 2020
  • iTempo

    Generasi Milenial Kian Sadar Keamanan Digital

    Padahal, kaum milenial bukanlah target utama para dedemit di dunia maya.

    31 Juli 2020
  • Nasional

    Penularan Covid-19 di Yogya Melonjak Drastis

    Daerah Istimewa Yogyakarta memperpanjang pemberlakuan PSBB.

    31 Juli 2020
  • Topik

    Layang-layang Pengisi Waktu Luang

    Bermain layang-layang ngetren lagi. Pelakunya bukan cuma bocah dan remaja tanggung di kampung-kampung. YouTubers kondang sampai eksekutif muda tertular tren ini. Ada yang sekadar bermain layangan hias dengan berbagai bentuk unik dan cantik, ada juga yang main layangan aduan. Perajin layangan pun meraup untung.

     

    31 Juli 2020
  • Internasional

    Pemilu Parlemen Hong Kong Ditunda

    Dua belas kandidat dari pro-demokrasi didiskualifikasi.

    31 Juli 2020
  • Seni

    Puisi Wendy Fermana

    Wendy Fermana lahir di Palembang, 10 November 1994. Selain menulis puisi, ia menulis cerita.  

    31 Juli 2020
  • Musik

    Nyanyian untuk Bung Glenn

    Ruth Sahanaya menyanyikan lagu-lagu Glenn Fredly dalam Konser 7 Ruang Minggu lalu. Apresiasi bagi sang musikus.

    31 Juli 2020
  • Olah Raga

    Seratus Persen

    Pulisic menyatakan tidak memiliki masalah dengan kebugarannya.

    31 Juli 2020
  • Internasional

    Vietnam Catat Kematian Pertama Akibat Covid-19

    Cina membantah jika disebut berusaha mencuri kandidat vaksin Amerika Serikat.

    31 Juli 2020
  • Obituari

    Sang Penjaga Napas Sastra

    Ajip Rosidi (1938-2020) tak hanya produktif berkarya, tapi juga sangat peduli terhadap sastra berbahasa daerah.

    31 Juli 2020
  • Cari angin

    Wisata Dibuka

    Pandemi Covid-19 belum ada tanda-tanda akan berakhir. Penambahan kasus positif masih terus terjadi. Pemprov DKI Jakarta bahkan memperpanjang pembatasan sosial transisi karena kluster baru bermunculan dari perkantoran.

    31 Juli 2020
  • Buku

    Problem dan Diskriminasi Minoritas

    Buku ini mendedah dan mengajak semua komponen umat untuk tidak melihat minoritas sebagai konsepsi realitas.

    31 Juli 2020
  • Topik

    Melanglang Buana dengan Layang-layang

    Endang Ernawati pantas diberi gelar ratu layang-layang Indonesia. Tiga puluh tahun lamanya ia menggeluti benda yang identik dengan mainan anak-anak ini. Karyanya diburu kolektor mancanegara.

    31 Juli 2020
  • Olah Raga

    Gerak Cepat City Memboyong Si Gimbal

    Pembelian Ake dianggap bukan solusi ideal untuk City.

    31 Juli 2020
  • Tamu

    Nana Firman: Sudah Saatnya Ustad Bicara Lingkungan

    Pegiat lingkungan Green Faith asal Indonesia, Nana Firman, kerap bepergian ke berbagai negara dan menghadiri forum lingkungan internasional—mewakili suara perempuan muslim—mengajak untuk peduli pada lingkungan yang mengalami perubahan iklim.

    31 Juli 2020
  • Gaya Hidup

    Berwisata Aman Saat New Normal

    Sejumlah tempat tujuan wisata kini kembali dibuka pada masa normal baru ini dengan penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Berikut ini hal-hal yang harus diketahui pelancong dalam melakukan perjalanan. 

    31 Juli 2020
  • Seni

    Perburuan Agustus 1947

    Cerpen Perburuan Agustus 1947 karya Edy Firmansyah

    31 Juli 2020
  • Perjalanan

    Asap Merah Muda di Puncak Kerinci

    Gunung Kerinci yang menjulang di antara Jambi dan Sumatera Barat menjanjikan pemandangan spektakuler, meski tak sampai puncaknya. Tapi, untuk mencapainya, perlu perjuangan berat.

    31 Juli 2020
Koran Tempo
  • TEMPO.CO
  • Majalah Tempo
  • Majalah Tempo English
  • Koran Tempo
  • Tempo Institute
  • Indonesiana
  • Tempo Store
  • Tempo.co English

© 2018 PT. Info Media Digital, All right reserved