"Think thousand times before taking a decision. But after taking decision, never turn back even if you get thousand difficulties." Itulah kutipan pimpinan partai Nazi di Jerman, Adolf Hitler, di tembok hitam di Soldaten Kaffee Parijs van Java, Jalan Cikawao 18, Bandung, menyambut tamu.
Ada juga kutipan lain, seperti dari Joseph Stalin, dan pemimpin negara yang terlibat dalam kecamuk Perang Dunia II. Selusin helm tentara Amerika menjadi pajangan menarik di dalam ruangan depan.
Di ruang tengah, suasana perang makin kental. Langit-langit dijebol dan semen tembok sebagian dikelupas. Gambar-gambar tentara dan lukisan Adolf Hitler tampak di atas bekas tempat perapian. "Kesannya tempat ini dibangun kembali setelah kena bom," ujar dekorator kafe, Tubagus Adhi, kepada Tempo, pekan lalu.
Jika ingin lebih terang atau menikmati langit saat malam, kita bisa bergeser ke ruangan samping. Ruangan yang terkesan lebih luas dan terbuka karena beratap kaca itu sebagian untuk panggung kecil dan dibuatkan mezanin. Tamu pun bisa memilih duduk-duduk di meja bar di tengah kafe. Di sini, ikut terpajang patung-patung manekin berseragam tentara, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Vietnam.
Setelah tutup selama setahun akibat menuai protes dari orang dan media asing karena aroma Nazi, kafe itu kini kembali buka di tempat baru. Menempati lahan seluas 800 meter persegi berdaya tampung 80 orang, konsepnya pun berubah. "Konsepnya sekarang kafe militer Perang Dunia II dengan ornamen tentara Jerman, Amerika, Jepang, juga KNIL," kata Henry Mulyana, salah seorang pemilik kafe, akhir pekan lalu.
Kafe ini juga menjadi tempat berkumpul komunitas Renactors Indonesia. Kelompok ini suka menggali dan mempelajari sejarah perang serta memakai replika seragamnya hingga rinci. "Tamu bisa belajar dan menonton film-film perang, baik fiksi maupun dokumenter," ujar Henry.
Sesuai dengan namanya, kafe ini banyak menyajikan menu kuliner Eropa. Untuk hidangan pembuka, misalnya ada German Potato Salad, Classic Caesar Salad yang diberi tanda bintang, serta kuliner tradisional Hungaria, yakni Klaus Goulash Soup. Menu andalannya, antara lain Roast Chicken, Schitzel, pasta, dan pizza. "Sebagian menu kami sajikan dengan piring makanan tentara, dan khas makanan saat Perang Dunia, seperti acar dan sauerkraut," ucap dia.
Untuk minumannya, di kafe tersebut beragam, seperti kopi, teh, jus, bir, dan koktail. Harganya pun tak terlalu mahal, dari Rp 15 ribu hingga kurang dari Rp 100 ribu. Dengan konsep dan tambahan beberapa menu baru itu, pemilik kafe berharap tidak lagi dituding sebagai pendukung Nazi. Saat masih bernama Soldaten Kaffee der Kommandantur Gross yang dulu berada di Jalan Pasirkaliki, pengelola kafe itu dicap sebagai pendukung dan penyebar faham Naziisme.
Sebuah harian di Indonesia berbahasa Inggris menulis, Henry seolah pro-Nazi dengan klaimnya tidak ada bukti bahwa Nazi telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa Yahudi. "Itu tidak benar. Saya percaya dan yakin holocaust itu pernah terjadi," ujarnya.
Henry dan kawan-kawannya menjamin kafe itu tidak akan menjadi pusat penyebaran paham atau ideologi politik apa pun di masa Perang Dunia II. Mereka hanya berniat meluruskan sejarah dan anggapan yang tidak benar, seperti Nazi sama dengan komunis serta anti-kulit berwarna. Tentu saja, diskusi soal itu mereka ajak sambil santai di kafe itu. ANWAR SISWADI | ENI S