Warga Desa Lasaen, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, sudah sepekan ini harus menahan lapar. Warga 27 desa di Malaka yang kebanjiran dua pekan lalu kehabisan persediaan beras dan jagung. "Belum ada bantuan dari pemerintah. Kami juga tidak punya uang untuk beli beras," kata Yohanes Seran, warga Desa Lasaen, kemarin.
Mereka akhirnya memasak pisang dengan lauk kelapa parut mentah. Untuk sayurnya, mereka mengkonsumsi daun pepaya dan pucuk daun pisang. Yohanes mengatakan hasil kebun itu diambil dari lahan yang sudah ditinggal pemiliknya. Namun jumlah tanaman itu semakin menipis. "Kami tidak tahu lagi, setelah semua habis, mau makan apa," katanya.
Kabupaten Malaka memang beberapa pekan terakhir dilanda banjir. Hujan yang turun terus-menerus membuat Sungai Benanain meluap. Saat ini genangan air masih mencapai 1-1,5 meter.
Kepala Desa Lasaen, Bernadus Nahak Seran, mengatakan korban banjir mencapai 1.952 orang. Mereka tersebar di beberapa tempat pengungsian, seperti balai desa dan di rumah warga yang selamat. Warga saat ini mulai menghadapi ancaman kelaparan. "Mereka bertahan hidup dengan makan pisang dan ubi-ubian," katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nusa Tenggara Timur, Tini Thaedus, mengklaim pemerintah telah menyalurkan bantuan berupa beras sebanyak 100 ton dan makanan siap saji. "Sejak awal banjir, kami sudah salurkan bantuan," ujarnya.
Namun, menurut Bernadus, bantuan belum sampai ke Lasaen karena ketiadaan akses jalan keluar dari desa tersebut. Tidak hanya genangan air yang tinggi, lumpur juga memperparah kondisi. "Kami pasrah dengan keadaan ini," katanya.YOHANES SEO