CIREBON - Sekitar 3.000 orang yang terdiri atas santri, alumni, dan pengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, memblokir jalur pantai utara Jawa dan tol Palikanci kemarin. Mereka memprotes kebijakan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, yang tetap membangun tol Cikampek-Palimanan melewati kawasan pesantren.
Ribuan orang yang menggunakan 12 truk, puluhan kendaraan pribadi, dan ratusan motor bergerak dari pesantren menuju pertigaan Palimanan sejauh 8 kilometer. Akibatnya, arus kendaraan dari tiga arah, yakni Jakarta-Cirebon, Cirebon-Bandung, dan sebaliknya terhenti. Antrean kendaraan memanjang sampai 3 kilometer.
Setelah berkerumun di pertigaan Palimanan, mereka melanjutkan aksi ke pintu tol Tegalkarang dan masuk tol Palikanci. Kendaraan yang terjebak macet di tol sepanjang 1 kilometer dialihkan melalui jalur Balerante-Kramat-Rajagaluh. Tapi kendaraan besar seperti truk tak bisa lewat dan terjebak kemacetan sejauh 1 kilometer.
Pengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, KH Zamzani Amin, mengatakan aksi ini dilakukan secara spontan. "Kami memprotes kebijakan Menteri yang membangun tol membelah kawasan pesantren," kata Zamzami. Jalur yang dipakai tol merupakan lahan yang akan digunakan untuk pengembangan pesantren, yang dibangun pada 1800-an itu.
Zamzami mengatakan pihaknya sudah menawarkan jalur tol melewati sisi selatan atau utara Desa Babakan agar tol tidak melewati kawasan pesantren. Tapi pemerintah tetap keukeuh sembari menawarkan peredam suara di ruas tol yang membelah pesantren. "Apa peredam suara itu bisa meredam getaran juga?" katanya. Keberadaan tol ini dipastikan mengganggu proses belajar-mengajar para santri.
Pengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin yang lain, KH Ocih Sukarsih, menyatakan pesantren tak perah menghalangi pembangunan tol Cikampek-Palimanan. Yang mereka persoalkan hanya lokasi tol yang melewati kawasan pemukiman dan tempat belajar santri.
Ocih menyayangkan sikap Departemen Pekerjaan Umum, yang mengajak sejumlah kiai pendukung keberadaan tol untuk berdiskusi tentang proyek jalan bebas hambatan ini. Sedangkan kiai dan tokoh masyarakat yang menolak tak pernah diajak berembuk. "Padahal jumlah yang menolak jauh lebih banyak," katanya.
Ocih memastikan penghuni Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin tetap menolak proyek tol membelah pesantren mereka. Selain disuarakan para santri, pengajar, alumni, dan pengasuh, kiai sepuh sebagai tokoh sentral pesantren, yakni KH Maktum Hanan, menolak pembangunan tol yang membelah pesantren.arif f | ivansyah