SEMARANG - Pondok pesantren masih menjadi kluster tertinggi jangkitan Covid-19 di Jawa Tengah. Menurut data Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, tercatat saat ini masih ada 123 orang yang diisolasi di tempat khusus, 446 orang menjalani isolasi mandiri, 82 orang dirawat di rumah sakit, dan sisanya, 272 orang, dinyatakan sembuh. "Jadi, total ada 923 orang," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, kemarin.
Untuk menekan penambahan kasus Covid-19 dari lingkungan pesantren, Ganjar meminta pemerintah daerah, pengurus pesantren, dan masyarakat memperketat program jogo tonggo atau jaga tetangga.
Singkat kata, masyarakat sampai tingkat terkecil, yakni hubungan antartetangga, harus saling menjaga dari bahaya Covid-19. Untuk lingkup pesantren, Ganjar mengubah nama program tersebut menjadi jogo santri atau jaga santri.
Kluster pesantren juga tinggi di wilayah Jawa Barat. Kasus pertama Covid-19 di kalangan santri muncul di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, pada akhir September lalu. Hingga Senin lalu, sudah ada 470 orang yang terjangkit Covid-19 di pesantren tersebut. Selain itu, ada kluster pesantren di Tasikmalaya dengan jumlah 110 orang positif terjangkit Covid-19.
Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Barat, Daud Achmad, mengatakan hingga saat ini penambahan kasus masih terjadi di sejumlah pesantren. “Memang masih ada kasus, tapi tidak meledak seperti di Jawa Timur,” kata Daud ketika dihubungi Tempo, kemarin.
Berdasarkan penelusuran, kluster pondok pesantren berawal dari orang-orang yang keluar-masuk wilayah pondok. Celakanya, mereka berinteraksi langsung dengan para santri dan pengajar. Ledakan jumlah kasus terjadi lantaran mayoritas santri yang positif Covid-19 tak mengalami gejala sakit.
"Yang bersangkutan tidak merasa kalau dia membawa virus. Ketahuan ketika uji usap. Tapi karena ada yang positif, saat memeriksa kontak erat, ternyata ketahuan yang lain positif juga," kata Daud.
Setelah kasus terjadi, pengurus pesantren mulai menerapkan sejumlah aturan protokol kesehatan, termasuk kewajiban tes usap untuk orang-orang yang hendak masuk pondok pesantren. Dari situ, jumlah jangkitan Covid-19 di pesantren perlahan bisa direm.
Walhasil, kini Daud berani menyebut tingkat penularan kluster Covid-19 di pondok pesantren di Kuningan dan Tasikmalaya sudah bisa ditekan. Namun Daud mengatakan masih ada sejumlah kendala. Salah satunya soal jumlah logistik yang terbatas untuk pasien yang menjalani isolasi mandiri di pesantren. "Bukan logistik alat kesehatan, melainkan bahan kebutuhan pokok dan dukungan untuk orang-orang yang melakukan isolasi mandiri," kata Daud.
Kini Pemerintah Provinsi sedang mengantisipasi gelombang kedua Covid-19 di pondok pesantren menjelang perayaan Maulid Nabi Muhammad. Sebab, biasanya pondok pesantren menggelar serangkaian tradisi perayaan. "Biasanya perayaan mengumpulkan banyak orang. Jadi, kami imbau untuk melaksanakan perayaan dengan cara lain. Kuncinya tetap waspada," kata Daud.
Jumat pekan lalu, Menteri Agama Fachrul Razi menyebutkan ada 1.510 santri, ustad, dan ustazah yang terkonfirmasi positif Covid-19 dari berbagai pesantren di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 976 orang sudah dinyatakan sembuh. Sisanya masih dalam proses perawatan dan isolasi. "Santri yang terkonfirmasi positif ada di delapan pesantren," kata Fachrul.
Sebagai upaya penanganan, Menteri Fachrul menerjunkan tim satuan tugas untuk memberikan bantuan berupa 38 ribu masker medis, 35.940 masker kain, 1.825 pembersih tangan, 2.460 botol suplemen, dan 2.150 sabun cuci tangan. Selain itu, bantuan diberikan dalam bentuk disinfektan, alat pengabut, cairan isi ulang pembersih tangan, madu, dan alat pelindung diri. “Ini baru tahap awal. Tim akan terus bergerak, menyalurkan bantuan ke sejumlah pesantren lainnya, terutama yang terkonfirmasi ada kasus positif Covid-19,” tuturnya.
JAMAL A. NASHR | AHMAD FIKRI | DEWI NURITA | INDRA WIJAYA
Mengerem Penularan di Pondok Pesantren