JAKARTA - Pemerintah Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menyatakan belum mengetahui secara pasti kontak yang pernah dilakukan 43 santri asal Malaysia di Pondok Pesantren Al-Fatah, Desa Temboro, Kecamatan Karas. Bupati Magetan Suprawoto mengatakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 masih menelusuri santri dan pihak lain yang sempat berkontak dengan 43 santri itu.
Suprawoto menjelaskan, 43 santri yang kembali ke Malaysia merupakan bagian dari rombongan 200 santri yang pulang ke negara asalnya beberapa waktu lalu. Lantaran alat rapid test terbatas, ratusan santri itu tidak dites sebelum kembali ke negaranya. Mereka hanya dites kesehatan berupa pengukuran suhu tubuh. "Masih ditelusuri. Untuk yang Temboro, kami belum tahu," kata dia saat dihubungi Tempo, kemarin.
Pengurus harian Pondok Pesantren Al-Fatah, Muhammad Syafiq, mengaku terkejut oleh kabar seperti ini lantaran pihaknya sudah meniadakan sejumlah kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Misalnya, kegiatan peringatan Isra Mikraj yang sedianya diakukan secara besar-besaran akhirnya ditiadakan. "Kami sudah membatasi kegiatan jauh-jauh hari," kata dia saat dihubungi, kemarin.
Syafiq ragu akan berita itu. Sebab, kata dia, protokol kesehatan yang disampaikan petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan senantiasa dijalankan. Selama masa wabah Covid-19, para santri diwajibkan cuci tangan dengan sabun dan menggunakan hand sanitizer. Bahkan, dia melanjutkan, setiap kendaraan yang melewati gerbang pondok selalu disemprot dengan disinfektan.
Pemeriksaan suhu tubuh bagi siapa saja yang melintasi gerbang juga dilakukan petugas internal pondok pesantren. Selain itu, pengurus pondok pesantren menerapkan penjagaan jarak fisik minimal 1 meter antar-warga pondok. "Kami juga memprogramkan kegiatan berjemur (bagi warga pondok pesantren)," ujar Syafiq.
Menurut dia, ribuan santri yang hendak dipulangkan juga menjalani tes kesehatan oleh petugas Dinas Kesehatan Magetan. Mereka yang akan kembali ke kampung halaman harus mengantongi surat keterangan sehat. Dengan diumumkannya puluhan santri mereka terinfeksi Covid-19 oleh Kementerian Kesehatan Malaysia, Syafiq menduga hal itu akibat perbedaan antara standar tes kesehatan di Indonesia dan Malaysia. "Mungkin di sana lebih ketat. Pilek dan bersin saja (seseorang) sudah masuk ODP (orang dalam pemantauan)," ucapnya.
Sebanyak 43 santri Pondok Pesantren Al-Fatah asal Malaysia pulang ke negaranya lantaran merebaknya penyebaran Covid-19 di Indonesia. Sesampai di negaranya, otoritas kesehatan Malaysia menyatakan mereka terinfeksi Covid-19. "Sebuah kluster baru telah dideteksi di pintu masuk internasional, yaitu warga Malaysia yang pulang dari Indonesia melalui Lapangan Terbang Kuala Lumpur pada 16 April 2020," kata Direktur Jenderal Kesehatan Kementerian Kesehatan Malaysia, Dr Noor Hisham Abdullah, di Kuala Lumpur, Ahad lalu.
Sekitar 34 dari 43 orang telah dikarantina di Negara Bagian Melaka dan 9 lainnya di Kuala Lumpur dan Putrajaya. Namun, berdasarkan informasi terbaru yang diterima Syafiq, puluhan santri itu akhirnya dinyatakan negatif Covid-19 setelah menjalani beberapa kali rapid test. "Insya Allah hari ini atau malam nanti sudah diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing," tutur Syafiq.
Saat ini terdapat 227 santri asal Malaysia di Pondok Pesantren Al-Fatah, Desa Temboro, yang belum kembali ke negaranya. Pondok pesantren ini memiliki santri yang berasal dari sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Al-Fatah kini menampung sekitar 22 ribu santri.NOFIKA DIAN NUGROHO (MADIUN) | DIKO OKTARA
Pemerintah Telusuri Kontak Santri Jamaah Tabligh