JAKARTA – Dua kubu calon Ketua Umum Partai Golkar sama-sama mengklaim mendapat dukungan dari Istana dalam musyawarah nasional yang akan berlangsung di Jakarta pada 3-6 Desember pekan depan. Pendukung Ketua Umum Golkar inkumben Airlangga Hartarto mengklaim sejak awal Presiden Joko Widodo berpesan calonnya dianggap masih layak untuk meneruskan kepemimpinan di partai berlambang beringin itu. Sebaliknya, kubu pendukung Bambang Soesatyo kini Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat menyatakan telah berkomunikasi dengan Jokowi untuk mendapat restu.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sebagai pendukung Airlangga Hartarto, menyatakan Presiden Joko Widodo telah memberi pesan agar tidak terjadi perpecahan atau dualisme kepemimpinan dalam partai beringin. Sebab, kata dia, perpecahan di tubuh Golkar akan berpengaruh pada stabilitas politik pemerintah. Apalagi, Dedi melanjutkan, Golkar merupakan pendukung utama Jokowi. "Dalam perspektif itu, kami melihat ada kenyamanan Pak Jokowi terhadap kepemimpinan sekarang (Airlangga)," kata Dedi kepada Tempo, kemarin.
Ia mengatakan, baik kubu Airlangga maupun kubu Bambang Soesatyo telah berkomitmen mendukung pemerintahan Jokowi. Presiden pun, kata Dedi, mewanti-wanti kader Golkar untuk menghindari perseteruan demi menjaga stabilitas politik dan ekonomi nasional. Dedi meyakini tidak akan ada dualisme atau perpecahan di Golkar.
Tak lama setelah pemilihan umum pada April lalu, politik internal Golkar menghangat. Kubu Bambang Soesatyo mengevaluasi kepemimpinan Airlangga yang dianggap gagal dalam pemilu. Golkar menjadi partai pemenang ketiga pemilu dengan perolehan kursi
Dewan Perwakilan Rakyat anjlok dari 91 kursi pada Pemilu 2014, menjadi 85 kursi sesuai dengan hasil Pemilu 2019.
Perolehan suara ini juga jauh dari target 110 kursi yang didengungkan Airlangga sebelum pemilu. Akibat turunnya kursi Golkar itu, kubu Bambang sempat memunculkan ide mempercepat munas dari Desember ke September atau Oktober lalu. Belakangan, ide munas dipercepat ini reda berkaitan dengan penyusunan kabinet pemerintahan Jokowi, dan bagi-bagi kekuasaan di Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Dedi mengatakan dualisme kepemimpinan Golkar bisa terjadi jika pemerintah hanya mendukung salah satu kubu dalam partai. Hal ini pernah terjadi, misalnya antara kubu Aburizal Bakrie dan Akbar Tandjung pada 2014. Ketika itu, kubu Aburizal tersingkir lantaran menyatakan sebagai oposisi pemerintah. "Nah, yang sekarang kan bulat. Golkar pendukung pemerintah," kata Dedi.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily, menyatakan dukungannya kepada Airlangga untuk tetap menjadi ketua umum. Alasannya, Airlangga dianggap mampu menakhodai Golkar di tengah sejumlah persoalan yang mendera partai. "Seperti dualisme kepengurusan hingga kasus korupsi," kata dia, kemarin.
Bambang Soesatyo mengatakan akan maju menjadi calon Ketua Umum Golkar. Ia juga mengklaim telah menjalin komunikasi dengan Presiden Jokowi untuk meminta restu. Namun ia tidak tegas menjawab sudah mendapat lampu hijau dari presiden atau belum. "Saya juga punya etika tidak ingin bawa-bawa urusan partai ke urusan kenegaraan," kata dia.
Sumber Tempo di lingkaran pendukung Bambang menyatakan telah mengirim utusan untuk menemui Jokowi pada pekan lalu, sebelum presiden bertolak ke Korea Selatan. Namun ia enggan membeberkan isi pertemuan ini. Ia mengklaim Bambang telah mendapat dukungan lebih dari 382 suara di tingkat pengurus Golkar provinsi dan kabupaten/kota.
Jumlah suara dalam Munas Golkar, sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, adalah kepengurusan Golkar kota/kabupaten 514 suara, Golkar provinsi 34 suara, pimpinan pusat 1, ormas pendukung 10, dan Dewan Pembina 1. "Kami sudah dapat dukungan lebih dari setengah," kata sumber itu.
Juru bicara presiden, Fadjroel Rachman, tak menjawab pertanyaan tentang restu Istana. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga enggan menanggapi hal ini. "Saya tidak mau bicara politik," katanya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno, menyarankan agar Presiden Jokowi tidak berpihak kepada salah satu kubu yang sedang bersaing menjadi Ketua Umum Golkar. Sebab, kata dia, Airlangga ataupun Bambang sama-sama berkomitmen mendukung pemerintah. "Tentu, langkah aman Istana adalah tidak berpihak ke mana pun," kata Adi. BUDIARTI UTAMI PUTRI | AVIT HIDAYAT
Kubu Airlangga dan Bambang Sama-sama Klaim Didukung Istana