MEDAN - Kepolisian Resor Kota Besar Medan masih menyelidiki penyebab kematian Golfrid Siregar, pegiat hak asasi manusia dan advokat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara. Pejabat sementara Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan, Komisaris Eko Hartanto, mengatakan polisi sudah memeriksa beberapa orang saksi.
"Satpam dan istri korban sudah kami mintai keterangan. Insya Allah, hari ini bertambah saksi yang akan diperiksa," katanya, kemarin. Eko menambahkan, jenazah Golfrid sudah diautopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan pada Senin malam lalu. Setelah autopsi, jenazah korban dibawa ke kampung halamannya di Kecamatan Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun, untuk dimakamkan.
Golfrid meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan, pada Ahad lalu. Sebelumnya, ia ditemukan tak sadarkan diri di jalan layang Simpang Pos, Jalan Jamin Ginting, Medan, pada Kamis, sekitar pukul 01.00. Penarik becak yang kebetulan melintas membawa Golfrid ke Rumah Sakit Mitra Sejati, yang lalu merujuk korban ke RSUP Haji Adam Malik.
Keterangan awal kepolisian menyatakan Golfrid diduga menjadi korban tabrak lari. Namun Walhi Sumatera Utara menilai banyak terdapat kejanggalan dari peristiwa yang menimpa almarhum. Menurut Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi Sumatera Utara, Roy Lumbangaol, Golfrid hilang kontak satu hari sebelum kejadian.
Kepada istrinya, Resmi Barimbing, kata Roy, Golfrid pamit hendak pergi mengirimkan barang ke agen ekspedisi dan bertemu orang di kawasan Marendal, Medan. Namun, setelah itu, telepon seluler Golfrid tak bisa lagi dihubungi. Menurut Roy, saat ditemukan, tempurung kepala rekannya itu hancur. Meski telah menjalani operasi pada Jumat lalu, Golfrid tak tertolong dan mengembuskan napas terakhir pada Ahad sore.
Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye Walhi Sumatera Utara, Khairul Buchari, mengimbuhkan, sebelum diautopsi, jenazah Golfrid telah dibawa ke Simalungun. Atas permintaan Walhi dan keluarga, jenazah Golfrid dibawa kembali ke Medan.
Ia menyebutkan Walhi dan keluarga menemukan sejumlah keganjilan pada tubuh Golfrid. Misalkan, celana yang dikenakan korban tidak robek sedikit pun. Begitu pula sepeda motor serta helm yang dipakai hanya rusak ringan. Sedangkan barang-barang korban, seperti tas, komputer jinjing, dompet, dan cincin, raib. "Kalau penyebab kematian Golfrid karena kecelakaan, pasti motornya rusak dan helmnya hancur. Tapi ini tidak. Helm hanya rusak ringan," tutur Buchari.
Selain itu, ia menambahkan, luka di tubuh Golfrid hanya terdapat di bagian kepala. Sedangkan bagian tubuh lainnya tidak terdapat luka. Sembari menunggu hasil autopsi, menurut Buchari, Walhi bergerak mengumpulkan bukti-bukti dari tempat kejadian perkara dan bukti lain. "Walhi belum menyimpulkan penyebab kematian Golfrid karena kecelakaan seperti penjelasan polisi," ujar Buchari.
Ia mendesak kepolisian untuk membuka kemungkinan kematian Golfrid karena penganiayaan atau pembunuhan. Menurut dia, Walhi sedang menangani banyak perkara perusakan hutan dan lingkungan hidup, seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga air di Batang Toru, Tapanuli Selatan. "Golfrid adalah salah satu staf hukum yang menanganinya," kata dia.
SAHAT SIMATUPANG (MEDAN) | AJI NUGROHO | ANTARA | EFRI RITONGA