JAKARTA - Sejumlah sekolah yang ikut dalam asesmen atau penilaian kesiapan protokol kesehatan Covid-19 untuk pelaksanaan sekolah tatap muka di kelas belum menerima hasil penilaian dari Dinas Pendidikan DKI. Padahal uji coba pembelajaran tatap muka akan dimulai pada Rabu mendatang.
“Kami ikut asesmen. Harusnya kami termasuk yang uji coba karena sebagai sekolah percontohan. Tapi kami masih menunggu instruksi saja dari pemerintah provinsi,” kata Wakil Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 8, Bukit Duri, Solehuddin, kepada Tempo, kemarin.
Selain penilaian, kata dia, SMA 8 telah menyiapkan sejumlah sarana dan prasarana yang akan membantu pencegahan potensi penularan virus corona. Para guru di SMA unggulan DKI ini pun telah menjalani pelatihan tentang teknik pengajaran dengan metode blended learning yang digelar Dinas Pendidikan. Hasil pelatihan tersebut membuat para guru bisa mengajar secara tatap muka sekaligus online pada waktu bersamaan. “Karena siswa yang hadir di sekolah hanya separuh,” ujarnya.
Menurut Solehuddin, SMA 8 relatif siap karena mayoritas gurunya telah mendapat vaksinasi Covid-19 dosis pertama. Dalam waktu dekat, para guru juga akan menuntaskan vaksinasi dengan penyuntikan dosis kedua. Vaksinasi guru itu sendiri menjadi salah satu syarat sebuah sekolah bisa menggelar kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Meski demikian, Solehuddin melanjutkan, SMA 8 tak mengetahui berapa siswa yang akan mengikuti kegiatan belajar tatap muka di kelas. Berdasarkan survei terakhir, menurut dia, jumlah orang tua yang memberikan izin untuk anaknya belajar di sekolah dan yang tetap memilih belajar online sama kuat. “Survei di kelas XI masih 50-50. Belum tahu nanti yang baru masuk,” kata dia.
Siswa melakukan kegiatan belajar dengan menerapkan protokol kesehatan di SMAN 2 Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 18 Maret 2021. TEMPO/Subekti.
Hal yang sama diungkapkan Wakil Kepala SMAN 6, Kebayoran Baru, Husniwati, yang mengatakan jumlah orang tua siswa yang menolak pembelajaran tatap muka di masa pandemi lebih dari 50 persen. Berdasarkan hasil survei, dia melanjutkan, mayoritas orang tua keberatan anaknya menempuh perjalanan jauh dengan transportasi umum. Perjalanan dari dan ke sekolah dianggap rawan penularan virus corona. “Orang tua hanya 48 persen yang setuju belajar tatap muka, sedangkan 52 persen belum setuju,” kata dia.
Pengamat pendidikan dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jejen Musfah, menyarankan agar DKI memperhatikan mobilitas siswa saat sekolah telah buka kembali. Menurut dia, DKI sebaiknya mempersiapkan transportasi khusus bagi siswa. Dia menilai, belum semua transportasi umum di wilayah DKI Jakarta memenuhi standar pelaksanaan protokol kesehatan. “Hal ini memang perlu komitmen,” kata dia.
Fitriani, orang tua siswa SD 05 Duri Kepa, misalnya, menolak anaknya pergi ke sekolah di tengah pandemi Covid-19 yang belum terkendali. Menurut dia, pemerintah bisa menerapkan uji coba pembukaan sekolah hanya kepada siswa tingkat SMA yang relatif lebih memiliki kesadaran tentang kesehatan. Hal ini diungkapkan meski dirinya pun tak menafikan kerepotan saat mendampingi anak dalam pembelajaran jarak jauh. “Saya masih sangat takut. Anak saya masih kecil,” kata dia.
Orang tua siswa SMAN 24, Yulia Rahmawati, sempat mendapat permintaan mengisi survei tentang pembelajaran tatap muka dari sekolah anaknya. Dalam jajak pendapat tersebut, dia mendukung dan mengizinkan anaknya ikut uji coba belajar di kelas. Toh, menurut dia, pemerintah pasti telah mempersiapkan sejumlah hal untuk menjamin keamanan anaknya saat belajar di sekolah. “Anak saya pun sudah paham bahaya Covid-19 dan akan bertanggung jawab menjalankan protokol kesehatan,” kata Yulia.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria memastikan ada 96 sekolah tingkat SD hingga SMA dan sederajat yang lolos dalam asesmen uji coba sekolah tatap muka, pekan depan. Menurut dia, sekolah negeri dan swasta yang terpilih ini telah memenuhi sejumlah persyaratan protokol kesehatan untuk mencegah munculnya kluster pendidikan. Dalam uji coba ini, siswa yang tak ke sekolah pun tetap menerima hak belajar melalui cara daring. “Pengajaran secara campuran diujicobakan untuk melihat apakah bisa diterapkan di tahun ajaran baru, atau cara lain," kata Riza.
FRANSISCO ROSARIANS l INGE KLARA l IMAM HAMDI