JAKARTA – Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) belum efektif menekan penyebaran pandemi Covid-19 di Jakarta. Hal itu terlihat dari tetap tingginya rata-rata penambahan jumlah kasus positif, tingkat kematian, dan rasio positif.
Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, menilai angka kasus harian positif Covid-19 di Jakarta tak kunjung turun meski PPKM telah berjalan hampir satu bulan. “Kasus infeksi ini terus bermunculan dan belum maksimal dicegah,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Pemerintah akan menerapkan PPKM mikro mulai 9 Februari mendatang. Pembatasan ini merupakan perpanjangan limitasi yang sudah diterapkan di Jawa-Bali sejak 11 Januari lalu.
Penambahan jumlah kasus harian positif di Ibu Kota sejak 26 Januari hingga 7 Februari lalu rata-rata mencapai 3.196 kasus. Bahkan, kemarin, jumlah pasien baru mencapai rekor tertinggi, 4.213. Sedangkan jumlah kematian harian rerata mencapai 40 dan rerata tingkat kesembuhan sebesar 3.176 per hari.
Positivity rate di Jakarta pada 25-31 Januari mencapai 16,58 persen. Artinya, dari setiap seratus orang yang diperiksa, terdapat 16 orang yang positif Covid-19. Padahal ambang batas yang disyaratkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ialah 5 persen.
Dicky menjelaskan PPKM tidak akan ampuh menekan penyebaran Covid-19 tanpa diiringi upaya testing, tracing (penelusuran kontak), dan treatment (perawatan). Penelusuran kontak yang ideal adalah 20-25 per pasien. Adapun contact tracing di Jakarta baru 1 : 7.
Menurut Dicky, telatnya pelaporan hasil testing atau swab test dengan metode polymerase chain reaction (PCR) mengakibatkan rasio positif kurang akurat menggambarkan kondisi penyebaran wabah terkini. Pelaporan hasil testing di Jakarta beberapa kali mengalami keterlambatan. Misalnya, pada 30 Januari lalu, dari penambahan angka kasus positif mencapai 3.491 kasus, sebanyak 431 kasus merupakan akumulasi dari testing selama lima hari terakhir yang baru dilaporkan oleh dua laboratorium swasta. “Karena tidak bisa mengukur rasio positif dengan valid saat itu, mengakibatkan bisa salah strategi (penanganan wabah),” ujarnya.
Kendala lain, Dicky melanjutkan, ialah masih tingginya mobilitas warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Tanpa upaya yang seragam dari pemerintah daerah sekitar, strategi penanganan wabah di Ibu Kota tidak akan efektif. “Mobilitas yang belum bisa dibatasi optimal menuntut adanya strategi 3T (testing, tracing, dan treatment) yang setara dan merata,” katanya.
Bundaran HI, Jakarta Pusat, 21 Januari 2020. TEMPO/Hilman Faturrahman
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan koordinasi penanganan wabah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi belum berjalan maksimal. Hal itu terlihat dari timpangnya ketersediaan ranjang ruang isolasi antara Jakarta dan kota sekitarnya. Akibatnya, pasien Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi dirawat di rumah sakit di Ibu Kota. Data pemerintah DKI menyebutkan, pada 3-9 Januari lalu, misalnya, sebanyak 18 persen pasien di Jakarta berasal dari daerah tetangga. “Di situ perlu peran pemerintah pusat untuk mengkoordinasikan,” ujarnya.
Menurut Pandu, pemerintah seharusnya meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanganan wabah corona. Misalnya, satuan tugas penanganan Covid-19 tingkat rukun tetangga dan rukun warga bisa dilibatkan dalam pengawasan penerapan protokol kesehatan.
Pandu menilai pengerahan tentara dan polisi dalam pengawasan penerapan protokol kesehatan di RT/RW justru tidak akan optimal mencegah penularan Covid-19. “Seharusnya konsep (penanganan wabah) berbasis komunitas atau meningkatkan peran serta masyarakat,” kata dia.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menuturkan pemerintah DKI masih menjalankan pembatasan seperti arahan dari pemerintah pusat yang akan kembali diperpanjang. “Kami akan memastikan implementasi di lapangan berjalan tertib,” katanya pada Jumat lalu.
Pemerintah DKI juga terus berupaya meningkatkan testing, tracing, dan fasilitas treatment. Tujuannya, Anies melanjutkan, agar pasien Covid-19 bisa segera mendapat perawatan dan kembali sehat.
GANGSAR PARIKESIT