JAKARTA – Sepintas lalu, kita bisa melupakan pandemi corona di Pasar Kebayoran Lama. Aktivitas pada pekan tradisional di Jakarta Selatan ini seperti tak berkurang dari hari-hari biasa. Gerobak, sepeda motor, serta lalu-lalang penjual dan pembeli berkelindan di antara deretan lapak dan gang-gang di sana.
Bedanya, cuma satu. Nyaris sepanjang mata memandang, semua orang bermasker, melindungi diri dan orang sekitar dari ancaman virus corona. Salim, 52 tahun, mengatakan hampir semua pedagang telah terbiasa dan patuh akan kewajiban memakai masker. "Daripada ada yang kena, terus kami jadi enggak bisa dagang karena pasar ditutup," ujar pria yang berdagang sayur-sayuran ini kepada Tempo pada Senin lalu.
Tapi, ya, itu tadi, tidak semua tertib. Dari pengamatan Tempo di lokasi, ada yang tidak bermasker sama sekali. Ada juga yang cuma mengalungkannya di leher. "Memang masih ada yang suka melepas masker. Alasannya, susah napas karena sudah tua," kata Salim.
Salah satunya Rubiyem. Perempuan 61 tahun ini mengaku kerap sulit bernapas jika hidung dan mulutnya tertutup masker. Istilahnya, engap. Dia pun lebih sering memelorotkan maskernya ke dagu. "Tapi, kalau lagi ada petugas, saya pakai benar," ujar pedagang cabai dan bumbu dapur itu. Petugas yang dia maksud adalah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang kerap berpatroli dalam rangka penegakan protokol kesehatan di pasar tradisional.
Namun Rubiyem memastikan akan memakai masker dengan benar saat melayani konsumen. "Biasanya (pedagang) saling mengingatkan kalau pas ada yang beli," ujarnya.
Soal saling mengingatkan antar-pedagang ini menjadi kebanggaan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Bulan lalu, dia mengatakan tingkat kedisiplinan penerapan protokol kesehatan di pasar tradisional lebih tinggi ketimbang di perkantoran. Menurut dia, kewajiban menutup pasar setelah ditemukan kasus positif secara otomatis menumbuhkan kesadaran kolektif antar-pedagang untuk menerapkan protokol kesehatan.
Kepala Hubungan Masyarakat Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya Amanda Gita mengatakan, selain menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak, pengelola pasar menyiapkan petugas untuk menghitung pengunjung masuk dan keluar. ”Pengunjung yang masuk dipastikan maksimal 50 persen dari biasanya,” katanya.
Namun klaim itu tidak terbukti. Saat Tempo datang, tak terlihat petugas di pintu masuk. Boro-boro ada yang menghitung pengunjung, yang mengawasi saja nihil. Pengunjung bebas-bebas saja menyelonong dengan masker melorot.
Hal serupa juga terlihat di Pasar Palmerah. Meski pengelola telah mengatur alur jalan menjadi satu arah, pengunjung tutup mata terhadap marka-marka tersebut. Tidak ada petugas yang mengarahkan atau mengingatkan soal aturan itu.
Jejak petugas terlihat di tenda Covid-19 di pintu masuk pasar. Namun, saat dilongok petang itu, tidak satu pun terlihat penghuninya. "Kadang ada, kadang enggak, memang," ujar Siti Rohimah, pedagang buah.
Mualimin, pengusaha tempe di Semanan, Jakarta Barat, yang buka lapak di Palmerah, mengatakan tidak ada mekanisme saling mengingatkan soal masker di antara pedagang. Pelapak dengan sendirinya sadar bermasker karena tak ingin penutupan pasar tiga hari terulang. "Yang sering mengingatkan, ya, petugas. Biasanya pagi-pagi sekitar pukul 08.00 ada beberapa mobil Satpol PP siaga di depan pasar," kata pria 46 tahun itu. "Yang enggak pakai masker disuruh nyapu jalan."
Senada, meski porsinya kecil, sebagian pedagang di Pasar Meruya Ilir, Jakarta Barat, juga cuek memelorotkan maskernya saat Tempo ke lokasi pada Ahad siang lalu. Saat ditanya soal masker, mereka dengan enteng mengatakan lupa menaikkannya kembali sehabis makan atau merokok. Sementara itu, tetangga lapaknya cuma cengar-cengir mendengar rekannya kena tegur pembeli.
Kepala Satpol PP DKI Jakarta, Arifin, mengatakan petugas terus gencar melaksanakan operasi yustisi di sejumlah lokasi, termasuk pasar tradisional. "Selain memberi sanksi, kami terus sosialisasi supaya semua memiliki kesadaran," katanya. Arifin tak menjawab saat kami tanyakan soal ketiadaan petugas penegak protokol Covid-19 di lokasi.
INGE KLARA | REZA MAULANA
Protokol Covid-19 di Pasar Tradisional Mengendur