JAKARTA – Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan angka reproduksi virus corona di Jakarta belum stabil. Karena itu, langkah pemerintah untuk memperpanjang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di Ibu Kota sudah tepat. “Perpanjangan masa transisi kemarin itu belum masuk fase kedua. Sebab, angka reproduksi virusnya masih naik-turun,” kata dia, kemarin.
Menurut Pandu, angka reproduksi virus yang fluktuatif disebabkan oleh berbagai faktor. Hal itu di antaranya terkait dengan kesadaran masyarakat dalam menaati protokol kesehatan yang ia nilai masih kurang. “Risiko penularan Covid-19 masih tinggi, tapi risiko itu bisa ditekan kalau mereka rajin cuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak,” tutur dia.
Pandu menjelaskan, dengan mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak, penyebaran Covid-19 bisa ditekan. Berdasarkan data tim FKM UI, dengan mencuci tangan menggunakan sabun, risiko penularan corona bisa ditekan hingga 35 persen. “Mereka yang rajin cuci tangan risiko tertularnya lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak cuci tangan,” kata dia.
Potensi penularan itu, Pandu menambahkan, bisa lebih ditekan lagi jika warga bisa menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain. Berdasarkan data tim FKM UI, dengan menjaga jarak, risiko tertular Covid-19 bisa turun hingga 85 persen. “Kalau mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak ini bisa diterapkan risiko penularannya hampir mendekati nol,” tutur dia.
Pandu juga meminta pemerintah DKI untuk meningkatkan pelacakan terhadap orang yang pernah berinteraksi dengan penderita Covid-19. Sebab, rerata rasio lacak di Jakarta masih kurang dari lima.
Peningkatan rasio lacak ini, Pandu menambahkan, penting untuk mencegah penyebaran Covid-19. Misalnya, penderita corona diketahui telah berinteraksi dengan sejumlah orang, maka orang-orang itu harus segera menjalani swab test. “Jika hasilnya positif, mereka langsung diisolasi,” kata dia. “Jadi, enggak menularkan ke yang lain dan ini merupakan upaya untuk memutus rantai penularan.”
Menurut Pandu, pelacakan ini sebaiknya dilakukan terhadap 5 hingga 20 orang agar kasus Covid-19 bisa segera ditemukan sehingga langkah-langkah pencegahan bisa segera diambil. Ia memperkirakan, jika kemampuan tes, pelacakan, dan pengisolasian itu bisa ditingkatkan, penyebaran wabah bisa ditekan. Apalagi langkah-langkah itu didukung oleh kesadaran masyarakat untuk tertib menjalankan protokol kesehatan. “Sehingga nanti, sebelum Desember, sudah mulai reda,” kata dia.
Gubernur Anies Baswedan mengatakan protokol kesehatan yang wajib dijalankan masyarakat adalah mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak. “Tiga aspek ini perlu dijaga dan ditingkatkan,” ujar dia.
Data pemerintah DKI menyebutkan tingkat perilaku pemakaian masker di tempat umum, menjaga jarak minimal 1 meter, dan mencuci tangan dengan sabun, statusnya masing-masing hanya 25-49 persen. Dengan skor ketiga aspek itu masing-masing tiga. Padahal, tiga aspek itu termasuk kategori indikator kesehatan publik. Parameter lainnya yang dinilai saat menentukan perpanjangan PSBB transisi adalah epidemiologi dan fasilitas kesehatan.
Anies menjelaskan parameter epidemiologi, kesehatan publik, fasilitas dan kesehatan masing-masing skornya ialah 75, 54, dan 83. Walhasil, skor total dari tiga indikator itu adalah 71. Padahal, dengan nilai total itu, pemerintah Jakarta bisa melonggarkan pembatasan karena angkanya telah di atas 70, tapi DKI belum mau melakukannya.
Anies menegaskan pihaknya akan terus meningkatkan program active case finding. Program itu ditargetkan menjangkau orang tanpa gejala. Dengan begitu, jika ditemukan ada yang terjangkit Covid-19, orang itu bisa langsung diisolasi demi menekan penyebaran penyakit menular tersebut. “Kami berkeinginan untuk mengendalikan wabah,” kata dia.
GANGSAR PARIKESIT | IMAM HAMDI