JAKARTA - Pemerintah DKI Jakarta optimistis balap mobil elektrik Formula E berlangsung di kawasan Monumen Nasional. Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Saefullah menanggapi pro dan kontra penggunaan Taman Medan Merdeka serta munculnya lokasi alternatif, seperti di Gelora Bung Karno (GBK).
"Intinya, arah anginnya lebih ke Monas. Jadi, kami sedang berfokus ke Monas," ujar Saefullah di Balai Kota, kemarin. Dia mengatakan pemerintah DKI dan PT Jakarta Propertindo sebagai penyelenggara akan menyiapkan pelbagai infrastruktur sirkuit di kawasan Monas.
Setelah menyatakan menolak, Komisi Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka mengizinkan DKI menggunakan Monas untuk sirkuit pada Jumat lalu. Surat tersebut ditandatangani Menteri Sekretaris Negara Pratikno sebagai ketua komisi.
Persetujuan itu datang dengan empat syarat. Syarat itu adalah DKI harus membuat konstruksi lintasan, tribun, dan fasilitas lainnya sesuai dengan Undang-Undang Cagar Budaya; menjaga kelestarian dan pepohonan; menjaga kebersihan lingkungan; menjaga keamanan dan ketertiban; serta melibatkan instansi terkait guna menghindari perubahan fungsi dan kerusakan cagar budaya.
Kemarin, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membalas surat Pratikno. Dia menuliskan bahwa DKI akan memenuhi empat tuntutan tersebut. Untuk menjaga fungsi lingkungan dan cagar budaya, Anies melanjutkan dalam suratnya, mereka telah mengantongi rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya Jakarta.
Dinas Bina Marga, yang bertanggung jawab menyiapkan sarana dan prasarana sirkuit, menyatakan semua kebutuhan acara bisa disediakan sebelum hari-H, 6 Juni mendatang. "Jadi, mau di GBK, di Monas, masih on the track, April selesai," ujar Kepala Dinas Bina Marga Hari Nugroho.
Klaim on the track tersebut tidak sesuai dengan rencana kerja panitia. Pengaspalan Jalan Silang Monas dan Medan Merdeka Selatan, misalnya, sedianya rampung pada 20 Januari lalu. Hari menyatakan pengaspalan tersebut bisa segera rampung. Sebab, dia melanjutkan, aspal hotmix telah masuk dalam katalog elektronik sehingga mereka tidak perlu melelang pekerjaan proyek itu.
Nota Dinas Bina Marga bertanggal 31 Desember 2019 menyebutkan pengaspalan lintasan Formula E di Monas dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, area lingkar dalam Monas yang saat ini berupa batu alam (cobble stone). Berikutnya, Silang Barat Daya dan Silang Tenggara yang kini aspal halus. Terakhir, Jalan Medan Merdeka Selatan yang terdiri atas aspal untuk jalur kendaraan umum dan beton untuk busway.
Perubahan drastis bakal terjadi di lingkar dalam Monas. Nota Dinas Bina Marga menyebutkan ada dua alternatif untuk menyiapkan lintasan di area batu alam tersebut. Pilihan pertama adalah mempertahankan batu alam dan membangun lintasan balap berupa perkerasan aspal di atas perkerasan batu alam atau overlay. Seusai perhelatan, seperti tertulis di nota tersebut, lintasan balap dapat dibongkar lagi dan perkerasan kembali menjadi batu alam.
Alternatif kedua ialah membongkar semua batu alam dan memuluskannya dengan aspal. Nota menyebutkan batu alam yang dibongkar itu bisa dimanfaatkan ulang untuk menata bentang alam di ruang hijau tersebut. Hari enggan berkomentar ihwal dua opsi itu. "Dilapisi ataupun dibongkar, kami sudah punya desainnya," ujar dia.
Deddy Wahjudi, arsitek pemenang sayembara desain revitalisasi Monas, mengingatkan agar pemerintah DKI berhati-hati saat menjadikan Monas sebagai sirkuit Formula E. Sebab, Monas merupakan kawasan cagar budaya.
Dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung itu menyebutkan area beralas batu alam tersebut termasuk bagian dari Ruang Agung yang merupakan cagar budaya. "Bagi kami di Ruang Agung ada hierarki yang harus dijaga, bukan hanya fungsionalitas," kata Deddy. IMAM HAMDI | GANGSAR PARIKESIT
Balai Kota Berkukuh Formula E di Monas