JAKARTA - Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menuntut ganti rugi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta atas banjir besar yang menyebabkan sejumlah mal tutup pada awal bulan ini. Terdapat tiga mal yang tutup lebih dari sepekan pascabanjir, yaitu Lippo Mall Puri, Mall Taman Anggrek, dan Mall Cipinang Indah. Dua lokasi terakhir masih tutup hingga kemarin.
Ketua Hippindo Budihardjo Iduansjah memperkirakan kerugian pelapak mencapai Rp 30 miliar per pusat belanja. Hitung-hitungannya didapat dari estimasi luas mal dikalikan rata-rata biaya sewa lapak bulanan per meter, yaitu 30 ribu meter persegi dikalikan Rp 1 juta. "Sebab, meski mal tutup, tenant tetap membayar sewa bulanan," ujarnya, dua hari lalu. Kerugian itu di luar bahan yang rusak akibat terendam banjir.
Budihardjo mengatakan pedagang di lokasi yang tidak kebanjiran pun ikut buntung. Menurut dia, omzet pelapak anjlok hingga 50 persen saat puncak banjir melanda Ibu Kota pada 1 dan 2 Januari lalu. Penyebabnya adalah karyawan toko dan pembeli gagal mencapai pusat belanja karena akses yang terputus. Padahal itu merupakan masa pedagang mendulang cuan pada awal tahun.
Para pedagang, Budihardjo melanjutkan, ingin mengadukan masalah ini ke Gubernur DKI Anies Baswedan. Hippindo telah mengirim surat kepada pemerintah Jakarta perihal ganti rugi tersebut. Mereka berharap DKI mau membahas kompensasi kerugian yang mereka ajukan. "Kami ingin bertemu Gubernur untuk menginformasikan kerugian-kerugian kami, sehingga pemerintah bisa membantu kami," kata Budihardjo.
Selain soal ganti rugi, Hippindo berharap pemerintah DKI mencabut sejumlah kebijakan yang menghambat usaha. Budihadjo mencontohkan peraturan daerah soal reklame di dalam ruangan. Menurut dia, definisi iklan di dalam toko itu sumir. Misalnya, petugas Pemprov kerap menunjuk menu makanan dan label diskon di sebuah gerai sebagai iklan. "Kami taruh pengumuman ‘Beli Satu, Gratis Satu’, ada logo, kena charge," kata dia.
Beban seperti itu, Budihardjo melanjutkan, bertambah berat saat banyak pedagang merugi akibat banjir. "Kami berharap Pemprov DKI memahami dan memberi kompensasi," ujarnya.
Hingga kemarin, Mall Taman Anggrek masih tutup. Ikon gedung berupa fasad dari light emitting dioda seluas 8.675 meter persegi tidak kunjung menyala. Pintu lobi pusat belanja yang dibangun pada 1996 di lahan 360 ribu meter persegi itu juga terkunci. Hanya satu gerbang terbuka, yaitu akses keluar-masuk apartemen yang berada di atas mal.
Seorang petugas keamanan mengatakan pusat belanja dengan 500 kios di tujuh lantai itu belum beroperasi sejak 1 Januari lalu. Penyebabnya, mesin pembangkit listrik mati akibat terendam banjir. "Letak pembangkit listriknya memang di lantai dasar," ujarnya di lokasi, sembari mengatakan mal akan buka mulai Kamis, 16 Januari nanti.
Pengelola mal membuat tanggul dari karung berisi pasir dan terpal untuk melindungi lantai paling bawah sembari berharap tidak terjadi banjir susulan. Efek pemadaman listrik juga berimbas pada delapan menara apartemen dan kondominium. Budihardjo memperkirakan mal baru akan buka pekan mendatang, berbarengan dengan perbaikan listrik apartemen.
Senasib sepenanggungan, Mall Cipinang Indah juga masih tutup. Pusat belanja di Jalan Raya Kalimalang, Pondok Bambu, Jakarta Timur, itu terendam air hingga selutut orang dewasa saat banjir menerjang Jakarta dan sekitarnya, 1 Januari lalu. Pengelola menolak memberikan keterangan kepada wartawan yang mendatangi lokasi. Mereka hanya menempelkan pengumuman di gerbang. "Mohon maaf Mall Cipinang belum bisa beroperasi sampai waktu yang ditentukan." LANI DIANA | TAUFIQ SIDDIQ | INGE KLARA SAFITRI
Pelapak Mal Tuntut Ganti Rugi Banjir ke DKI