JAKARTA - Dinas Perhubungan DKI Jakarta memastikan kereta ringan atau light rail transit (LRT) rute Pulogadung-Kebayoran Lama bakal terintegrasi dengan angkutan umum lain. Integrasi kereta ringan dengan moda transportasi publik lainnya itu bakal dirancang mulai dari Pulogadung.
Kepala Unit Pengelola Perkeretaapian Perkotaan Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Emanuel Kristanto, mengatakan stasiun kereta ringan itu akan dibangun berdekatan dengan halte bus Transjakarta di Pulogadung hingga Kebayoran Lama. "Di tiap ujung (stasiun) akan terintegrasi dengan Transjakarta," ujar dia kepada Tempo, kemarin.
Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengusulkan pembangunan LRT dari Pulogadung, Jakarta Timur, hingga Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dinas mengusulkan bujet Rp 556,8 miliar untuk membangun jalur kereta ringan sepanjang 19,7 kilometer itu dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2020 yang sedang dibahas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta.
Emanuel menjelaskan, jalur LRT sepanjang Pulogadung-Kebayoran Lama juga bakal terintegrasi dengan angkutan umum lainnya. Contohnya, kereta ringan itu bakal terintegrasi dengan Commuter Line atau kereta rel listrik karena melewati kawasan Tanah Abang dan Stasiun Palmerah.
Pengoperasian kereta ringan, menurut Emanuel, perlu didukung oleh angkutan pengumpan yang mengantarkan orang menuju angkutan massal berbasis rel itu. "Harus ada angkutan (umum) yang mengumpan penumpang ke titik-titik stasiun LRT," tutur dia.
Adapun integrasi LRT Pulogadung-Kebayoran Lama dengan LRT Kelapa Gading-Velodrome, menurut Emanuel, bakal terjadi di sekitar Pulomas, Jakarta Timur. Kereta ringan rute Kelapa Gading-Velodrome-dengan lintasan rel sepanjang 5,8 kilometer-yang dibangun oleh PT Jakarta Propertindo itu melalui enam stasiun, termasuk Stasiun Pulomas.
Pemerintah Jakarta, Emanuel menambahkan, juga akan membangun kawasan hunian dan komersial terpadu alias transit oriented development (TOD) di kawasan Stasiun Pulomas. "Di sana (Pulomas) bakal dibangun TOD sekaligus tempat integrasinya," kata dia.
Integrasi pelbagai angkutan umum di Jakarta sejauh ini belum berjalan mulus. Di Kebayoran Lama, misalnya, tak ada jembatan atau jalan khusus yang menghubungkan halte Transjakarta dengan stasiun kereta rel listrik. Penumpang harus keluar dari halte atau stasiun lalu berjalan kaki ratusan meter bila hendak melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum massal lainnya.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), Iskandar Abubakar, mendukung pemerintah DKI untuk membangun LRT Pulogadung-Kebayoran. Menurut dia, rencana pembangunan jalur kereta ringan sepanjang 19,7 kilometer bahkan tak bisa ditunda. Sebab, fasilitas angkutan umum itu diperlukan untuk mengurangi kemacetan di Ibu Kota yang semakin parah.
Menurut Iskandar, pembangunan angkutan massal berbasis rel seperti LRT harus menjadi prioritas. Sebab, pemerintah Jakarta bakal kesulitan untuk mengembangkan angkutan umum seperti Transjakarta. Selain itu, Transjakarta lebih cocok menjadi angkutan pengumpan bagi angkutan massal berbasis rel.
Iskandar juga mendukung rencana pemerintah DKI untuk membangun kawasan TOD di stasiun yang dilintasi kereta ringan itu. "Pengembangan kawasan atau TOD perlu didorong," kata dia.
Iskandar juga sepakat bila pembangunan LRT Pulogadung-Kebayoran Lama dibiayai dengan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Namun, ketika kereta ringan itu beroperasi, pemerintah Jakarta harus memberikan subsidi agar harga tiketnya terjangkau. "Kalau harga tiketnya mahal, nanti enggak ada penumpang yang naik," ujar dia. GANGSAR PARIKESIT
Kereta Ringan Pulogadung-Kebayoran Bakal Terintegrasi dengan Angkutan Lain