JAKARTA – Upaya pemerintah DKI Jakarta menjadikan kawasan Kota Tua sebagai tujuan wisata masih terbentur masalah lama. Berkali-kali ditata, kawasan di sekitar Museum Fatahillah itu tetap semrawut karena kehadiran ratusan pedagang kaki lima.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Jakarta Barat, Fredy Setiawan, mengatakan Pemerintah Kota Jakarta Barat dan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan Provinsi DKI Jakarta tengah mematangkan rencana penataan kembali pelapak di kawasan Kota Tua.
Setidaknya ada dua opsi penataan. Pertama, para pedagang direlokasi ke sejumlah gedung milik pemerintah di sekitar kawasan Kota Tua. "Kami mempersiapkan sejumlah gedung milik pemerintah untuk menampung mereka," ujar Fredy, Kamis lalu. "Masih proses diskusi."
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta, Arifin, menambahkan ada satu gedung yang bisa dimanfaatkan untuk relokasi pedagang kaki lima itu. "Usul dari wilayah Jakarta Barat, ada satu gedung di sana yang bisa dijadikan solusi," kata dia. Tapi Arifin belum mengungkapkan nama gedung itu. Alasannya, "Masih tahap koordinasi."
Opsi berikutnya, dan ini menjadi prioritas Pemerintah Kota Jakarta Barat, adalah menempatkan kembali para pelapak ke Lokasi Binaan Taman Kota Intan di Jalan Cengkeh, Jakarta Barat. Sekretaris Camat Taman Sari, Pangestu Aji, menuturkan, agar Taman Kota Intan ramai pengunjung, Suku Dinas Perhubungan DKI Jakarta akan mengatur ulang lalu lintas kendaraan di sekitar Jalan Cengkeh itu. "Transjakarta dan bus wisata akan melintasi Taman Kota Intan," kata dia.
Lokasi Binaan Taman Kota Intan diresmikan Gubernur Djarot Saiful Hidayat pada Oktober 2017. Kala itu, terdaftar 456 pedagang yang biasa mangkal di sekitar Kota Tua yang direlokasi ke tempat penampungan tersebut. Tapi para pedagang tak banyak yang bertahan lama di sana. Alasannya, lokasi binaan itu sepi pengunjung. Padahal, lokasi itu sudah dilengkapi dengan pelbagai fasilitas, seperti kamar mandi, musala, area parkir bus, dan panggung hiburan.
Berdasarkan pengamatan Tempo pada Kamis lalu, Lokasi Binaan Taman Kota Intan terlihat sepi. Dari ratusan kios yang tersedia, hanya belasan yang tampak membuka lapaknya. Kebanyakan dari mereka adalah penjaja minuman dan kaus khas Jakarta. Ali Ahmad, salah seorang pedagang di Taman Kota Intan, mengatakan masih bertahan di lokasi Binaan karena sudah capek kejar-kejaran dengan aparat. "Daripada berjualan di jalan, rawan digusur," kata pria berusia 51 tahun itu.
Namun tak banyak pedagang yang berpikir seperti Ali. Buktinya, setiap kali Kota Tua ramai pengunjung, misalnya pada hari-hari libur, saat itu pula kawasan di sekitar Museum Fatahillah diserbu ratusan pedagang. Pelapak tak hanya memenuhi trotoar, tapi juga menduduki badan jalan. Lapak mereka juga berserak di Jalan Lada, Jalan Ketumbar, Jalan Kunir, sampai Jalan Kali Besar Barat.
Sesekali, petugas Satuan Polisi Pamong Praja memang datang menghalau. Tapi pelapak tak benar-benar pergi. Mereka main kucing-kucingan saja. Begitu petugas pergi, pelapak datang lagi.
Kamis siang lalu, misalnya, petugas Polisi Pamong Praja mengusir pedagang aksesori, makanan, jajanan, dan minuman yang meluber ke dua jalur Jalan Lada. Tapi petugas masih mengizinkan pelapak berjualan di trotoar. "Prinsipnya, yang penting rapi," kata Wali Kota Jakarta Barat, Rustam Efendi.
Menurut Rustam, pengelola Kawasan Kota Tua sebelumnya sudah mengatur jalur masuk dan keluar pengunjung tempat wisata itu. Di samping untuk memudahkan pengunjung yang berjalan kaki, pengaturan itu bertujuan untuk mengurangi pedagang kaki lima. Bila pedagang kaki lima kelak bisa dibersihkan, kata Rustam, mobil wisata akan berkeliling di kawasan Kota Tua untuk melayani wisatawan secara gratis. INGE KLARA SAFITRI
DKI Berjanji Tertibkan Lagi Pelapak di Kota Tua