Mimpi Jakarta Minus Penganggur
Dimas, 30 tahun, bertahun-tahun merasakan hidup di Jakarta begitu menyesakkan dada. Jangankan untuk merencanakan masa depan keluarga, untuk bertahan hidup saja, kata dia, "Susahnya minta ampun."
Kepahitan itu bermula tiga tahun lalu, ketika Dimas kehilangan pekerjaannya di sebuah perusahaan iklan. Untuk menafkahi anak dan istri, Dimas banting tulang. Pekerjaan apa pun ia sambar. "Asalkan menghasilkan uang," ujar Dimas saat ditemui di kantor Wali Kot
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini