MAKASSAR - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan mulai mengekspose kawasan wisata bukit karst Rammang-rammang yang terletak di Kabupaten Maros. Hal itu di antaranya dilakukan dengan menggelar Festival Full Moon, 4–5 Agustus mendatang.
"Kawasan wisata ini sudah layak dijual kepada para wisatawan, meskipun sudah banyak yang tahu," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan, Jufri Rahman, dalam acara jumpa pers di Gedung Mulo, Makassar, kemarin.
Festival Full Moon akan digelar di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, yang merupakan daerah bukit karst Ramang-ramang.
Menurut Jufri, di dunia bukit karst hanya ada di tiga negara, antara lain Cina dan Vietnam. Namun dia meyakini bukit karst Ramang-ramang memiliki sejumlah keunggulan. Selain pemandangan alamnya yang indah, tanah yang subur dilengkapi bentang Sungai Pute yang cukup lebar, hingga 20 meter. "Kawasan wisata ini cocok untuk mereka yang berjiwa petualang," ujar dia.
Itu sebabnya, agar kawasan wisata bukit karst Ramang-ramang semakin dikenal, dalam Festival Full Moon dihadirkan berbagai komunitas. Di antaranya para fotografer profesional. Hasil jepretan mereka tentang eksotisme bukit karst Ramang-ramang akan dipamerkan di Gedung Mulo.
Komunitas penulis juga diundang agar bisa menyebarluaskan keistimewaan kawasan wisata bukit karst Ramang-ramang melalui blognya masing-masing. Demikian pula para pelukis. Selain itu, para pelaku usaha di sektor industri pariwisata diikutsertakan, seperti Asita dan PHRI. Sebab, kawasan wisata itu bisa dijual ke pasar Eropa dan Asia.
Ketua Asita Sulawesi Selatan, Didi L. Manaba, menjelaskan Festival Full Moon sangat tepat diselenggarakan guna memasarkan kawasan wisata bukit karst Ramang-ramang. "Bisa dibuat paket wisata dengan cara menjualnya bersama-sama dengan kawasan wisata Bantimurung dan Leang-leang," ucap dia.
Adapun Camat Bontoa, Iqbal Dwi, meminta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan tetap memberikan bimbingan agar kawasan wisata itu bisa dikelola dengan baik. "Kami sudah punya modal, yakni budaya masyarakat yang senang menyambut tamu dan menjaga kelestarian alam."IIN NURFAHRAENI DEWI PUTRI