Menara Babel, Heterofobia dan Perayaan Perbedaan
Mohd. Sabri A.R.
Dosen Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin
mohdsabriar@yahoo.co.id
Inilah kisah-yang tertimbun debu mitis ribuan tahun-ihwal di mana segenap perseteruan manusia berakar: Menara Babel. Legenda ini bermula dari bumi yang tunggal: satu bangsa, satu bahasa, satu tradisi, satu keyakinan, dan satu logat. Lalu bangsa itu dikepung hasrat untuk membangun kota dengan menara yang menjulang ke langit. Tapi, sebelum pucuk menara mengerkah langit, Tuhan merontokkannya. Bangsa dan kota itu pun menjelma menjadi puing. Di sana Tuhan menyerakkan dan memorak-porandakan manusia dan bahasa mereka ke seluruh sudut bumi. Sejak itu, manusia mesti berjuang sekadar untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Di sini ada jejak yang tersisa: Yang Abadi saling membelah dengan bumi yang goyah. Dan "perbedaan" menjadi saksi kehadiran manusia.
Mohd. Sabri A.R.
Dosen Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin
mohdsabriar@yahoo.co.id
Inilah kisah-yang tertimbun debu mitis ribuan tahun-ihwal di mana segenap perseteruan manusia berakar: Menara Babel. Legenda ini bermula dari bumi yang tunggal: satu bangsa, satu bahasa, satu tradisi, satu keyakinan, dan satu logat. Lalu bangsa itu dikepung hasrat untuk membangun kota dengan menara yang menjulang ke langit. Tapi, sebelum pucuk menara meng
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini