Kota tanpa Pejalan Kaki
Erni Aladjai
PENULIS BERGIAT DI DAPUR SENI SALANGGAR.
Sebuah kota dengan jumlah pedestrian (pejalan kaki) terbesar adalah kota yang beradab. Sementara itu, manusia pengguna mobil dan kendaraan roda dua adalah bagian yang tak manusiawi di kota besar (meski tak semua pengendara tak menghormati pedestrian).
Sikap manusia di kota besar yang tak manusiawi kemudian makin dikukuhkan oleh pemerintah, penata kota, pemilik mal, dan pedagang kaki lima. Pemerintah bersekongkol dengan pedagang kaki lima. Pedagang kaki menyerobot trotoar, pemerintah hidup dari pajak tak resmi si pedagang kaki lima. Di sisi lain, ada mal atau gedung perkantoran yang hanya menyediakan lahan parkir untuk mobil, sehingga motor terparkir di trotoar. Hal lainnya adalah sikap kikir tak pantas yang mendarah daging. Karenanya, manusia pun tak mau membayar pajak, yang mahal sedikit, demi tempat parkir resmi?yang bukan di trotoar dan pinggir jalan. Di sisi yang lain lagi, demi keselamatan dan rasa aman, seseorang harus punya kendaraan.
Erni Aladjai
PENULIS BERGIAT DI DAPUR SENI SALANGGAR.
Sebuah kota dengan jumlah pedestrian (pejalan kaki) terbesar adalah kota yang beradab. Sementara itu, manusia pengguna mobil dan kendaraan roda dua adalah bagian yang tak manusiawi di kota besar (meski tak semua pengendara tak menghormati pedestrian).
Sikap manusia di kota besar yang tak manusiawi kemudian makin dikukuhkan oleh pemerintah, penata kota, pemilik mal, dan pedagang kaki lima. Pe
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini