Wanita Pemalu dan Wakil Rakyat
"…Untuk terakhir kalinya saya ingin mengatakan, saya masih mencintaimu." Tangis wanita itu diiringi suara gerbong kereta yang melaju. Wajahnya sendu, tubuhnya ringkih, suaranya datar, pandangannya kosong, tiap kali ia terkenang Ahmad Karnaen, kekasihnya.
Kali ini dia duduk di sebuah bangku kosong di salah satu sudut Kota Klaten, kota kelahiran Karnean, yang juga tempat wanita pemalu ini lahir dan tumbuh. Bangku berlatar ornamen seng itu menjadi
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini