Suara musik dari panggung yang terletak di tengah taman mendominasi keramaian di kawasan Thamrin 10, Jakarta Pusat, pada Kamis malam lalu. Meski suara penyanyi dari panggung itu agak sumbang, udara malam yang cukup adem, ditambah suasana taman yang tak terlalu padat pengunjung, membuat pusat jajanan baru di Jakarta itu terasa menyenangkan. Lampu dan lampion berwarna kuning dan merah yang tergantung di bagian atas memberikan kesan hangat tapi semarak. Aroma masakan menguar dari tenda-tenda penjual makanan di sekeliling taman, mengundang untuk dicicipi.
Thamrin 10 belum sebulan diresmikan. Taman kuliner ini dibangun PD Pasar Jaya, perusahaan daerah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di sini ada lebih dari 50 gerai makanan dan minuman kekinian maupun tradisional. Gerai-gerai ini menempati ruangan serupa kontainer yang dihias dengan ciri khas masing-masing. Area makannya dirancang terbuka dengan kursi dan meja kayu di antara warung-warung, juga di atas kontainer. Semua penjual makanan dikurasi oleh pengelola.
Sebelumnya, Thamrin 10, yang terletak di antara Wisma Mandiri dan Hotel Sari Pacific, merupakan lahan kosong yang difungsikan sebagai area parkir. Namun kini seluruh area itu disulap menjadi taman dengan fasilitas lengkap: toilet, wastafel untuk cuci tangan, hingga aneka hiasan yang bagi sebagian orang mungkin menarik untuk dijadikan tempat berfoto. Thamrin 10 seolah-olah melengkapi kekayaan pusat kuliner yang banyak tersebar di wilayah Jakarta Pusat: kawasan Sabang, Kebon Sirih, Pecenongan, Pasar Baru, hingga Jalan Cikini.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di taman ini, mungkin Anda akan kebingungan menentukan menu makanan. Tapi tak perlu terburu-buru memilih. Jelajahi dulu saja puluhan gerai yang ada di sana. Mungkin Anda akan menemukan beberapa gerai yang menjual makanan dan minuman yang sudah cukup familier, seperti es kopi Tak Kie yang legendaris asal Glodok, sate Apjay yang terkenal di kawasan Panglima Polim, hingga nasi kapau, bakso cuanki khas Bandung, atau es campur ala Garut. Tapi tak ada salahnya juga mencoba mencicipi jajanan yang unik dan "kekinian".
Salah satu gerai yang menarik perhatian adalah Minang Pride. Gerai ini menyediakan menu berupa nasi campur (rice bowl) yang berisi pilihan daging dendeng balado, dendeng sambal hijau, atau dendeng sambal matah. Satu porsi makanan yang berisi potongan dendeng cukup besar, dua keping tahu, dan sayur buncis bertabur bawang goreng dibanderol Rp 45 ribu. Meski terlihat tak terlalu banyak, ternyata seporsi rice bowl yang disajikan di dalam mangkuk plastik itu sangat mengenyangkan.
Jika sekadar ingin makan camilan atau makanan yang praktis, di sana juga ada beberapa gerai yang menyediakan makanan cepat saji, seperti gerai Burger Bener. Untuk makanan penutup, ada banyak gerai yang menyediakan minuman segar atau es kopi susu yang sedang naik daun. Salah satu gerai yang cukup unik dan layak dicoba adalah gerai es krim khas Italia atau gelato, Come Again. Aneka rasa gelato yang unik, seperti lavender, markisa, lemon, atau yoghurt, yang dipadukan dengan aneka taburan topping, menjadi menu penutup yang sempurna.
Rata-rata harga jual makanan di Thamrin 10 berkisar Rp 25-45 ribu. Untuk sekali makan lengkap dengan minuman dan camilan, Anda harus mengeluarkan uang sekitar Rp 75-100 ribu per orang. Semua gerai hanya menerima pembayaran nontunai menggunakan kartu JakCard Bank DKI atau uang elektronik seperti GoPay atau OVO. Beberapa tenda tempat mengisi ulang kartu Bank DKI tersedia di sini.
Menurut Diny, salah satu karyawan yang berkantor di dekat Thamrin 10, taman kuliner yang buka sejak pukul 10.00 hingga pukul 22.00 ini sangat cocok untuk dijadikan tempat makan siang maupun nongkrong seusai jam kerja. "Tempatnya nyaman dan cukup adem," ujar dia. Namun, kata dia, biasanya pada malam hari pengunjung taman ini lebih padat ketimbang siang hari. Jadi, jika datang terlambat, agak susah mencari tempat duduk.
Selain itu, karena konsepnya berada di ruang terbuka, beberapa pengunjung tampak bebas merokok karena belum disediakan area khusus untuk merokok. "Lebih enak datang sore, masih sepi dan tidak terlalu panas." PRAGA UTAMA