Sepekan terakhir, Adam Gozali, anggota staf keuangan yang berkantor di kawasan Mega Kuningan, mengubah kebiasaannya. Biasanya, setiap jam istirahat, karyawan perusahaan multinasional ini kerap makan siang di warung makan atau kedai di sekitar kantornya. Tapi, sejak pekan lalu, ia rutin membawa bekal dari rumah. "Khawatir tertular virus corona, apalagi kantor saya belum sepenuhnya menerapkan work from home," kata pria berusia 33 tahun itu.
Baru pada pekan ini kantor Adam memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah secara bergiliran. "Tetap harus ke kantor, tapi tidak setiap hari." Gara-gara hal itu, ia harus menyesuaikan kebiasaannya makan siang. Jika tak keburu menyiapkan bekal, Adam pun terpaksa membeli makan di luar. Namun ia bersiasat: hanya membeli makanan dari restoran bonafide dan dibungkus. "Setidaknya, kalau restoran bonafide, kebersihan terjamin. Saya juga tak makan di tempat, tapi dibawa ke kantor lalu makan sendiri."
Menghindari keramaian dan tempat umum memang menjadi cara terbaik untuk mencegah penularan virus corona. Tapi bagaimana jika kita terpaksa harus membeli makan di luar, seperti Adam? Profesor keamanan makanan dari North Carolina State University, Benjamin Chapman, dalam wawancara bersama USA Today, mengatakan sebetulnya makan di luar (restoran, kedai, atau kafe) aman-aman saja. Asalkan, kata dia, kita tetap melakukan tindakan pencegahan secara maksimal, seperti sering mencuci tangan menggunakan sabun atau cairan pembersih dan membuat jarak minimal 1 meter dari orang lain.
Virus corona, yang mengakibatkan penyakit pernapasan, menyebar melalui tetesan dari batuk atau bersin ke hidung atau mata orang lain. "Tidak ada bukti bahwa penyakit tersebut ditularkan melalui makanan," kata profesor ahli penyakit menular Universitas Minnesota, Craig Hedberg. Dengan tindakan pencegahan yang cukup, dia menambahkan, Anda tetap dapat membeli makan di luar. "Tapi hal ini tidak berlaku untuk orang-orang yang termasuk kelompok berisiko tinggi, seperti para lansia dan orang yang sedang sakit," ujar dia.
Meski demikian, kita diminta tetap waspada. Sebab, menurut Chapman, aneka benda yang berada di restoran, seperti buku menu, botol saus, alat makan, meja, dan pegangan pintu, bisa terkontaminasi tetesan dari batuk dan bersin yang mengandung virus. Jadi, kata Chapman, jika Anda terpaksa makan di restoran, hindari menyentuh wajah apabila belum mencuci tangan setelah memegang barang-barang di restoran. "Cuci tangan menggunakan sabun dan pembersih tangan sangat efektif melawan virus. Ini adalah tindakan perlindungan yang baik."
Kewaspadaan harus ditingkatkan jika Anda terpaksa mengkonsumsi makanan dari restoran atau kedai yang menyediakan menu prasmanan. Menurut Chapman, penyajian makanan dengan cara ini punya risiko lebih besar dalam penyebaran virus corona. Sebab, konsumen harus mengambil sendiri makanannya dan menyentuh peralatan penyajian makanan.
"Pemilik kedai atau restoran harus mengambil tindakan pencegahan, seperti menutup makanan dengan rapat atau menyediakan pelayan dengan sarung tangan dan masker untuk melayani konsumen," ujar dia. Pemilik restoran juga harus membatasi jumlah konsumen yang makan di tempatnya.
Lalu bagaimana dengan layanan pengiriman makanan dari pintu ke pintu? Chapman mengatakan pembelian makanan dengan cara ini lebih berisiko menjadi media penularan virus. Bisa jadi penularan berlangsung ketika terjadi interaksi dengan petugas pengantar makanan dengan pemesan.
Wakil Presiden National Restaurant Association, Amerika Serikat, Larry Lynch, mengatakan pihaknya sudah mengimbau semua penyedia jasa pengantaran makanan untuk mengubah fitur operasinya, yakni menyediakan pilihan bagi pelanggan yang meminta pesanan mereka ditaruh di depan pintu tanpa harus bertemu dengan petugas pengiriman.
Namun, dengan cara ini pun, konsumen tetap diminta tak lupa mencuci tangan setelah menerima barang kiriman. PRAGA UTAMA | USA TODAY
Agar Tetap Aman Makan di Luar