Ini sebenarnya salah satu pencapaian bidang ginekologi, cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari sistem reproduksi wanita (rahim, vagina, dan ovarium). Tapi tindakan peremajaan vagina alias "Miss V" belakangan menjadi tren di kalangan perempuan yang membutuhkan perawatan.
Peremajaan organ vital ini, baik secara non-invasif, semi-invasif, maupun invasif, disebut-sebut dapat memperbaiki jaringan vagina, kelenturan dinding organ, dan memperbaiki kulit labia yang mengendur.
Dokter ahli kebidanan dan kandungan bidang ginekologi estetika, Ni Komang Yeni Dhanasari, mengatakan sejak masa pubertas sampai menopause, "Miss V" mengalami beberapa fase yang dapat menurunkan elastisitasnya akibat perubahan hormon, kehamilan, dan persalinan.
"Masalah yang umum terjadi adalah pasca-melahirkan, jaringan vagina menjadi kendur, dan berkurangnya kepekaan di daerah vital itu," kata Ni Komang, di Jakarta, pekan lalu. Masalah lain, kata Ni Komang, sulitnya mengontrol urine akibat hilangnya kekuatan di uretra karena struktur pendukung pelvis yang lemah, renggang, dan kering.
"Peremajaan ini bukanlah suatu hal yang tabu untuk dibicarakan sehingga perempuan tak usah malu untuk mengemukakan kebutuhannya dan mencari solusi," ujar dia.
Berbagai tindakan meremajakan kembali "Miss V"
Dokter dari Bamed Womens Clinic itu mengatakan keluhan berbagai masalah di area kewanitaan kebanyakan datang dari perempuan berusia 35–40 tahun. Berikutnya, keluhan itu dialami wanita yang memasuki usia menopause dan pasca-melahirkan.
Untuk mengatasinya, kata Yeni, banyak alat dan cara yang bisa mengobati gejala dari gangguan itu, tanpa memerlukan operasi. Salah satunya adalah teknologi di bidang ginekologi estetika, yaitu peremajaan organ kewanitaan (vaginal rejuvenation). Prosedur ini bertujuan untuk memperbaiki anatomi (penampakan fisik), mengembalikan rasa percaya diri, dan rasa nyaman.
Pengobatan peremajaan ini bisa menggunakan laser, radiofrequency, PRP, fillers, dan botoks. Dengan alat laser, ia mengklaim pasien tak akan merasakan nyeri. Cara ini juga dinilai merangsang pembentukan kolagen baru. "Suntik botoks biasanya diperuntukkan bagi pasien yang kurang rileks saat berhubungan," kata dia. "Jadi, tak hanya menyangkut faktor kepuasan suami, tapi juga agar hormon endorfin istri bagus."
Yeni menambahkan, pihaknya melakukan edukasi publik untuk meningkatkan kesadaran perempuan tentang peremajaan organ kewanitaan. Peremajaan ini, kata dia, bermanfaat dalam meningkatkan kepercayaan diri dan kualitas hidup.
Dokter obstetri dan ginekolog, Dasep Suwanda, mengatakan prosedur peremajaan "Miss V" bisa dilakukan dengan prosedur invasif seperti clitoral hood reduction, labia majoraplasty, labia minoraplasty, hymenoplasty atau vaginoplasty. "Sebelum menjalani prosedur peremajaan, pasien harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur, etika pasien melakukan pemeriksaan, menginfokan riwayat penyakit sebelumnya, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, atau riwayat operasi," kata Dasep.
Setelah menjalani terapi peremajaan, kata Dasep, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pasien, di antaranya menjaga pola istirahat dan pola makan, tidak merokok, dan tidak minum alkohol. "Hindari juga olahraga berat seperti gym, renang, atau yoga selama enam minggu." MUHAMMAD KURNIANTO