Warganet dihebohkan oleh penampakan kaki Rafathar, anak Nagita Slavina dan Raffi Ahmad, beberapa waktu lalu. Dalam sebuah unggahan di media sosial, terlihat kedua lutut Rafathar saling bertemu saat sedang berdiri tegak. Sementara itu, kedua betisnya saling berjauhan sehingga seolah-olah membentuk huruf X.
Menurut dokter spesialis bedah ortopedi, divisi ortopedi anak Rumah Sakit Pondok Indah, Faisal Miraj, kelainan ortopedi pada anak dipengaruhi oleh dua faktor. Hal ini adalah adanya mutasi gen pada proses pembentukan anak yang disebabkan oleh bawaan, dan didukung oleh ragam kebiasaan-kebiasaan yang semakin memperburuk kondisi. "Sebab itu diperlukan kesadaran dan kecermatan orang tua untuk memperhatikan tanda-tanda kelainan ortopedi pada anak sedari dini," kata dia, kemarin.
Adapun kebiasaan-kebiasaan keliru tersebut adalah membedong bayi, yang justru dapat menimbulkan deformitas atau dislokasi panggul, memaksa anak menggunakan baby walker saat bayi berusia kurang dari setahun, dan membiarkan anak duduk dengan sikap W. "Tulang kering akan berputar ke dalam sehingga menyebabkan kaki menghadap ke dalam. Kebiasaan tidur tengkurap dengan kaki menghadap luar juga akan membuat kaki menghadap ke luar," kata dia.
Sayangnya, hingga saat ini tidak ada data mengenai jumlah anak penderita kelainan ortopedi secara spesifik di Indonesia. Namun, menurut Faisal, sejalan dengan peningkatan jumlah kelahiran, kemungkinan anak mengalami kelainan ortopedi dapat meningkat. "Dari sekitar 30–40 pasien anak yang ditangani, sekitar 60–70 persen di antaranya mengalami variasi kelainan yang normal dan hanya 10–20 persen yang memerlukan terapi atau tindakan koreksi," kata dia.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh sejumlah ahli ortopedi anak di Boston’s Children Hospital, Amerika Serikat, menunjukkan sekitar 75 persen anak berusia 3–5 tahun mengalami kelainan genu valgum atau letter X. Sementara itu, sekitar 99 persen kasus genu valgum ini terkoreksi dengan sendirinya pada anak berusia 7–8 tahun.
Penelitian lainnya menunjukkan kejadian genu varum atau kaki O lebih tinggi dialami oleh pemain sepak bola dan lebih umum dialami oleh kelompok umur 16–18 tahun. Ketua tim peneliti Kamran Asadi dari Department of Orthopedic, Poorsina Hospital, Guilan University of Medical Sciences, mengungkapkan stres pada lutut dan sendi menyebabkan genu varum semakin berat. "Secara statistik ditemukan relevansi signifikan antara tingkat praktik dan prevalensi genu varum," kata dia.
Penelitian ini melibatkan 750 pemain sepak bola dan 750 atlet selain sepak bola. Pengukuran meliputi usia, tinggi badan, berat badan, tahun mulai berlatih rutin, rata-rata berlatih per minggu, trauma sebelumnya, riwayat fraktur, dan jarak garis sambungan antar-lutut. "Baik pemain sepak bola maupun non-sepak bola memiliki genu varum, tetapi insidennya lebih tinggi pada pemain sepak bola," kata dia.
Menurut Faisal, penanganan kelainan ortopedi pada anak memerlukan kecermatan, bahkan sejak janin di dalam kandungan. Sebab, ada beberapa bentuk kelainan, misalnya polydactily-kelebihan jumlah jari, yang sudah dapat dideteksi melalui USG jika sang ibu rutin memeriksakan kesehatan janin ke dokter. Dalam kasus tersebut, orang tua jadi memiliki gambaran untuk mengambil tindakan operasi atau tidak.
Selain itu, kelainan ortopedi bawaan dapat dikenali lewat orthopedic checklist dari kepala sampai kaki saat bayi lahir. "Pemeriksaan ini semestinya dilakukan oleh dokter ortopedi khusus anak untuk melihat ada atau tidak kelainan, dan mesti dilakukan dengan serius," kata dia. Namun daftar ini kerap dilewatkan begitu saja atau dilakukan dengan kurang cermat.
Adapun yang dicermati dalam daftar tersebut antara lain ada atau tidaknya kelainan leher miring, kelainan panggul atau dislokasi panggul, kelainan tulang belakang atau skoliosis, bentuk jari tangan, hingga lipatan kulit yang tidak simetris. Jika kelainan-kelainan tersebut diketahui sejak awal, penanganan akan lebih efektif. Faisal mengatakan penggunaan alat bantu seperti ortotik akan efektif digunakan pada anak usia 2–3 tahun.
Ortotik merupakan alat bantu untuk meringankan kondisi pasien. Pada kondisi sendi yang tidak seimbang atau melengkung, ortotik akan membantu sendi supaya lebih lurus. "Pasien yang disarankan menggunakan ortotik adalah pasien dengan kelainan yang belum terlalu berat, kelengkungannya dalam kisaran 10–16 derajat dan disesuaikan dengan hasil X-ray," kata dia.
Menurut Faisal, pemeriksaan ortopedi sejak dini diperlukan karena ada beberapa kelainan yang sebetulnya lumrah dialami bayi dan akan membaik dengan sendirinya. Sejak bayi lahir hingga berusia 18 bulan, kaki anak biasanya akan berbentuk O sehingga bocah akan berjalan dengan kaki terbuka lebar. Lalu pada usia 1,5–2,5 tahun, kaki akan menjadi lurus. Menginjak usia 3–4 tahun, bentuk kaki anak akan berubah menjadi seperti X. Lalu kaki akan berubah lurus kembali pada usia 8–10 tahun hingga dewasa.
Yang perlu diwaspadai, kata Faisal, adalah ketika bentuk kaki anak tetap berbentuk O hingga berusia 3 tahun. Atau tetap berbentuk X ketika usianya lebih dari 10 tahun. "Dengan derajat lengkungan yang tinggi, di atas 16 derajat," kata dia. NCBI | CHILDRENSHOSPITAL | DINI PRAMITA