Menurut studi terbaru Cisco, pemimpin teknologi global, peluncuran layanan 5G dapat meningkatkan pendapatan tahunan operator telekomunikasi di Indonesia. Nilainya ditaksir mencapai US$ 1,83 miliar pada 2025.
Studi yang dilakukan perusahaan konsultan manajemen A.T. Kearney ini menekankan bahwa teknologi 5G memiliki berbagai kelebihan dibanding 4G. Beberapa kelebihan itu adalah 50 kali lebih cepat, 10 kali lebih responsif, dan daya konektivitas jauh lebih rendah.
Managing Director Cisco Indonesia, Marina Kacaribu, mengatakan peluncuran layanan 5G akan berperan besar dalam mempercepat digitalisasi bisnis. Selain itu, akan memberi manfaat besar bagi perusahaan di Indonesia.
"Dampak terbesar akan dirasakan sejumlah sektor utama, seperti manufaktur dan jasa sebagai kontributor terbesar perekonomian secara keseluruhan," kata Marina di Jakarta, pekan lalu.
Besarnya sektor-sektor ini mendorong adopsi layanan 5G untuk perusahaan. "Seiring dengan tingginya jumlah pengguna data, operator telekomunikasi di Indonesia akan memimpin pertumbuhan di ASEAN berkat pemanfaatan potensi implementasi 5G," ujar dia.
Studi berjudul 5G in ASEAN: Reigniting growth in enterprise and consumer markets ini menyatakan pertumbuhan adopsi teknologi 5G diperkirakan berasal dari konsumen kelas atas dan perangkat papan atas.
Karena itu, pada 2025, penetrasi 5G diperkirakan mencapai 25-40 persen di sejumlah negara di kawasan ASEAN, dengan penetrasi di Indonesia diperkirakan sebesar 27 persen.
Total jumlah pelanggan layanan 5G di ASEAN akan mencapai lebih dari 200 juta pada 2025. "Jumlah langganan tertinggi akan berasal dari Indonesia dengan lebih dari 100 juta pelanggan," kata Marina.
Presiden ASEAN Cisco, Naveen Menon, mengatakan operator telekomunikasi berharap peluncuran layanan 5G bisa terjadi pada saat yang tepat. "Penggunaan data seluler tumbuh dengan cepat karena konsumsi pengguna atas layanan dan konten pada perangkat pribadi terus meningkat," kata Naveen.
Naveen menjelaskan, pada saat yang sama, perusahaan juga berupaya meningkatkan pertumbuhan dengan mendorong terjadinya Revolusi Industri Keempat (4IR), yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan, Internet of things, 3D printing, robotik, serta wearables tingkat tinggi. "Keberhasilan adopsi teknologi ini sangat bergantung pada konektivitas sebagai landasannya."
Namun ada tantangan besar yang harus dihadapi dalam penerapan 5G, yakni terbatasnya ketersediaan spektrum untuk implementasi layanan 5G serta jaringan suboptimal yang dihasilkan.
Reuters/Lian zhen
Implementasi layanan 5G akan dilakukan pada sejumlah band, dengan kebutuhan secara global setidaknya bisa dipenuhi melalui ketersediaan tiga band dalam waktu dekat: low-band (700 MHz), mid-band (3,5 hingga 4,2 GHz), dan high-band pada spektrum mmWave (24-28 GHz).
Di ASEAN, banyak band telah digunakan untuk layanan lain. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia juga memperkirakan lisensi spektrum 5G tersedia pada 2022.
Penulis utama studi ini dari A.T. Kearney, Hari Venkataramani, mengatakan potensi bisnis yang muncul dari implementasi 5G sangat besar. Namun, untuk mencapai potensi penuh, kawasan ASEAN perlu memahami bagaimana menghadapi tantangan utama dalam implementasi tersebut.
"Perlu upaya terkoordinasi dari semua pemangku kepentingan (regulator, operator, dan perusahaan) untuk mengatasi tantangan ini," kata dia. Sebab, tantangan ekosistem dan nilai besar dipertaruhkan. Regulator akan memainkan peran sentral dalam hal ini.
"Beberapa masalah utama adalah memastikan ketersediaan spektrum jangka pendek, mendorong berbagai infrastruktur, dan memelihara pengembangan kemampuan keamanan cyber nasional di seluruh kawasan," ujar dia.
Dalam IFA 2019 di Berlin, Jerman, September lalu, Qualcomm Technologies, Inc mengumumkan rencana mempercepat komersialisasi global 5G. Caranya, memperluas portofolio mobile platform 5G di Snapdragon seri 8, 7, dan 6 mulai 2020.
Lebih dari 150 desain 5G diluncurkan atau sedang dalam pengembangan. Qualcomm mendorong penyebaran 5G di berbagai tingkatan untuk menjadikan pengalaman menggunakan kamera, video, artificial intelligence, dan gaming generasi berikutnya lebih luas.
Senior Vice President dan General Manager, Mobile, Qualcomm Technologies, Inc, Alex Katouzian, mengatakan perluasan portofolio ini bertujuan mendukung fitur dan pita frekuensi secara global serta berpotensi membuat 5G dapat diakses oleh lebih dari 2 miliar pengguna ponsel pintar.
"Qualcomm Technologies menghadirkan mobile platform 5G pertama dan tercanggih di dunia, termasuk Modem-RF System komprehensif pertama untuk mempercepat komersialisasi 5G," kata Alex.
Menurut dia, Qualcomm memiliki posisi unik untuk mempercepat komersialisasi 5G pada skala global dengan mitra OEM dan operator. "Dengan penawaran mobile platform kami di Snapdragon seri 8, 7, dan 6 pada 2020."
AFRILIA SURYANIS