Jilbab, Sekularisme, dan Kemal Ataturk
Menjelang akhir Oktober lalu, rakyat Turki bersukacita. Pesta kembang api digelar. Kemeriahan itu menandai ulang tahun ke-83 berdirinya Republik Turki. Puncak gegap-gempita pun berujung dengan digelarnya sebuah resepsi di istana kepresidenan di Ankara.
Cuma, jauh-jauh hari, Presiden Ahmed Necdet Sezer sudah mewanti-wanti resepsi tertutup bagi tamu perempuan yang mengenakan jilbab. "Berkompromi (terhadap jilbab) berarti merusak (citra) Turki sebaga
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini