LONDON – Pemerintah Inggris kembali memberlakukan penguncian nasional atau lockdown setelah jumlah kematian akibat Covid-19 melonjak hingga 43 persen. Inggris menerapkan lockdown setelah tindakan serupa diberlakukan di Prancis dan Jerman, serta menyusul sejumlah wilayah di Italia yang menjadi "zona merah".
Lockdown di Inggris mulai diberlakukan pada Kamis tengah malam hingga 2 Desember mendatang. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dia dihadapkan dengan data yang memproyeksikan bahwa Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris dapat runtuh akibat menghadapi meningkatnya jumlah kematian akibat Covid-19.
Menurut dia, jumlah kematian pada gelombang kedua pandemi berpotensi melebihi angka yang tercatat pada musim semi lalu. Bahkan, dia melanjutkan, angka pasien virus corona di beberapa rumah sakit saat ini melebihi jumlah pasien pada gelombang pertama Covid-19. "Saya tidak siap mengambil risiko berkaitan dengan nyawa rakyat Inggris," kata Johnson sebelum berbicara di depan parlemen untuk mengambil keputusan jadi atau tidaknya lockdown, kemarin.
Inggris melaporkan peningkatan kasus harian terbesar kedua pada Rabu lalu dengan 25.177 infeksi baru yang tercatat dalam 24 jam. Ada 492 kematian lebih lanjut, menurut data pemerintah, dan jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit naik menjadi 12.320 orang.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hal tersebut terjadi setelah Eropa mencatat peningkatan infeksi sebanyak 22 persen dan 43 persen kematian akibat Covid-19 dalam tujuh hari sejak pekan lalu. Prancis, Italia, dan Inggris melaporkan jumlah kasus baru tertinggi pada waktu itu, meskipun Andorra, Republik Cek, dan Belgia melaporkan insiden per populasi tertinggi.
"Prancis menyumbang jumlah kasus baru ketiga tertinggi secara global, dengan lebih dari 275 ribu kasus dilaporkan dalam sepekan terakhir. Ini meningkat 27 persen dari pekan sebelumnya," demikian bunyi pernyataan WHO. Adapun jumlah kasus di Prancis meningkat sejalan dengan sebagian besar wilayah Eropa mulai Agustus dan seterusnya. Negara itu mengalami lonjakan jumlah infeksi yang signifikan sejak akhir Oktober lalu.
Di sejumlah lokasi di kota Inggris, banyak orang berkerumun dan berkumpul di pub sebelum lockdown diberlakukan. Penata rambut dibanjiri pelanggannya pada awal pekan ini, dan antrean panjang tampak di sejumlah toko pakaian.
Pemimpin oposisi Partai Buruh, Keir Starmer, mengatakan kepada Johnson di parlemen bahwa akan menjadi "kegilaan" untuk mengakhiri tindakan dalam empat pekan jika jumlah kasus corona masih meningkat saat itu.
Di tempat terpisah, ibu kota Prancis juga menerapkan lockdown. Presiden Emmanuel Macron memberlakukan lockdown sejak awal bulan lalu. Sejumlah toko tutup lebih awal. Wali Kota Paris Anne Hidalgo mengatakan kepada BFM TV bahwa hanya toko tertentu yang menjual makanan dan minuman take away yang boleh buka hingga pukul 10 malam.
Di Italia, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengumumkan bahwa lockdown diberlakukan pada Rabu lalu. Sejumlah kawasan, seperti Calabria, Lombardy, Piedmont, dan Valle d'Aosta, akan menjadi "zona merah". Sedangkan Puglia dan Pulau Sisilia akan menjadi "zona oranye".
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengumumkan pembatasan lebih lanjut mulai Sabtu mendatang, termasuk pembelajaran jarak jauh untuk anak-anak, penutupan lembaga budaya, mengurangi kapasitas pengunjung hotel, dan menetapkan bahwa hotel yang dibuka hanya untuk pengunjung yang melakukan perjalanan bisnis.
CNN | FRANCE24 | REUTERS | SUKMA LOPPIES
Eropa Terapkan Lockdown Lagi Setelah Gelombang Kedua Wabah