TEL AVIV - Pandemi corona yang kini membayangi Israel justru menjadi berkah bagi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Alih-alih menghadapi pengadilan terkait dengan sejumlah skandal korupsi dan penyuapan, perdana menteri terlama dalam sejarah Israel itu, pada Senin malam lalu waktu setempat, menyepakati pemerintahan bersama dengan rivalnya, mantan panglima militer Benny Gantz.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Netanyahu, yang menjabat perdana menteri sementara sejak Desember 2018, akan tetap menjadi perdana menteri selama 18 bulan mendatang. Tugasnya akan digantikan oleh Gantz pada Oktober 2021.
Setelah itu, Netanyahu akan menjadi wakil perdana menteri di bawah Gantz. Namun, jika dia meninggalkan Kantor Perdana Menteri lebih cepat, Gantz, yang juga memimpin Aliansi Biru dan Putih, akan mengambil alih.
"Saya menjanjikan kepada negara Israel sebuah pemerintahan darurat nasional yang akan bekerja untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencarian warga Israel," kata Netanyahu, merujuk pada krisis ekonomi dan kesehatan akibat wabah Covid-19.
Adapun Gantz menyatakan kelegaannya karena pemilihan umum keempat dalam setahun terakhir berhasil dicegah. "Kami akan melindungi demokrasi dan memerangi virus corona," ujar dia.
Dengan 13.883 kasus Covid-19 dan 181 kematian hingga kemarin, Forum Palestina untuk Studi Israel (Madar) mengatakan Israel akan menghadapi krisis ekonomi dan peningkatan jumlah penganggur.
Stasiun televisi Israel, Channel 12, melaporkan pada Ahad lalu bahwa tingkat pengangguran di Israel menjadi 26,25 persen atau bertambah lebih dari satu juta orang. Sebelum wabah, tingkat pengangguran di Israel mencapai rekor terendah, yakni di bawah 4 persen.
Namun wabah ini pula yang menyelamatkan Netanyahu dari krisis karier politiknya sendiri. Sidang pengadilan terkait dengan sejumlah kasus korupsinya, yang seharusnya digelar pada pertengahan Maret lalu, diundur hingga 24 Mei mendatang karena Covid-19. Jika bersalah, Netanyahu akan menghadapi ancaman hukuman 10 tahun penjara dan kehilangan jabatan.
Politikus licin ini pun memanfaatkan krisis virus corona untuk keuntungannya sendiri.
Madar mencatat, dalam negosiasi untuk membentuk pemerintahan berikutnya, Netanyahu berhasil menekan Gantz dengan dalih krisis corona. Keputusan Gantz, yang bersedia bekerja sama dengan Netanyahu, menyebabkan koalisi pimpinannya, Aliansi Biru dan Putih (Kahol Lavan), terpecah-belah, sehingga melemahkan negosiasinya.
Di sisi lain, Netanyahu menyampaikan pidato yang disiarkan hampir setiap hari di stasiun televisi untuk meningkatkan ketakutan rakyat Israel terhadap virus corona. Berkat tekanan ini, ia mendorong masyarakat mendukung pembentukan pemerintahan darurat yang dipimpin oleh dirinya.
Kendati demikian, ribuan warga Israel yang muak atas kepemimpinannya nekat berunjuk rasa meski dalam ancaman infeksi virus SARS-CoV-2. Lebih dari 2.000 warga Israel memenuhi Lapangan Rabin di jantung Kota Tel Aviv pada Ahad malam lalu waktu setempat.
Uniknya, protes anti-Netanyahu itu digelar dengan tetap mematuhi aturan jaga jarak guna mencegah penularan dan penyebaran virus corona. Tanda silang dibuat setiap jarak 2 meter di lantai alun-alun tersebut sebagai penanda seseorang untuk berdiri.
Para pendemo membawa bendera Israel dan bendera hitam polos sebagai simbol serangan Netanyahu terhadap demokrasi Israel. Mereka juga mengenakan masker sebagai bentuk kepedulian terhadap pencegahan virus corona.
Massa juga memprotes undang-undang baru yang bertujuan memerangi virus corona yang mematikan di tengah kekhawatiran mereka meredam kebebasan. Salah satu pasal kontroversial dalam undang-undang itu adalah mengizinkan badan intelijen domestik melacak telepon seluler untuk memetakan penyebaran Covid-19.
Berbicara di antara massa aksi, anggota parlemen Yair Lapid mengkritik Netanyahu dan menyindir Gantz. Lapid dan Gantz pernah bersama-sama di Aliansi Biru dan Putih. Namun keduanya berpisah setelah Gantz pada bulan lalu bersedia bekerja sama dengan Netanyahu.
"Anda tidak bisa melawan korupsi dari dalam. Jika Anda berada di dalam, Anda merupakan bagian dari itu," kata Gantz. "Kami di sini untuk menegaskan bahwa kami tak pernah menyerah. Sudah terlalu banyak orang baik yang akhirnya menyerah." THE JERUSALEM POST | INDEPENDENT | FRANCE24 | AL JAZEERA | SITA PLANASARI AQUADINI
Berkah Pandemi bagi Netanyahu