BEIJING - Cina terus membangun distrik baru di Laut Cina Selatan, kawasan laut yang masih bersengketa dengan sejumlah negara. Menurut keterangan bersama yang dikeluarkan Kementerian Sumber Daya Alam dan Kementerian Administrasi Kependudukan Cina, lembaganya memberi 80 fitur geografis nama di Kepulauan Paracel dan Spratly. "Ini termasuk 25 pulau, gosong pasir, terumbu, serta 55 gunung laut dan pegunungan," demikian keterangan Kementerian, seperti dilansir South China Morning Post, kemarin.
Pada Ahad lalu, Cina juga mengumumkan bahwa mereka telah mendirikan dua distrik administratif baru di Pulau Paracel dan Kepulauan Spratly. Kedua distrik tersebut disebut Cina sebagai Xisha dan Nansha. Distrik-distrik itu berada di bawah kendali Sansha, kota yang dibuat pemerintah Cina pada 2012 untuk menegaskan klaimnya atas Laut Cina Selatan.
Beijing juga mengirim kapal survei penelitian, Haiyang Dizhi 8. Kapal ini berlayar di perairan yang juga diklaim oleh Vietnam dan Malaysia. Haiyang Dizhi 8 dituduh mengintai kapal eksplorasi yang dioperasikan oleh perusahaan minyak asal Malaysia. Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina berkeras bahwa kapal Cina itu melakukan kegiatan normal.
Cina mengklaim hampir seluruh kawasan Laut Cina Selatan berdasarkan alasan sejarah. Beijing mengklaim dengan istilah nine dash line (sembilan garis putus-putus). Untuk meningkatkan klaim tersebut, Cina secara bertahap membangun pulau-pulau buatan dan fasilitas yang bisa digunakan untuk keperluan militer selama enam tahun terakhir. Namun klaim ini tidak diakui oleh negara tetangganya atau sebagian besar negara lain. Cara Cina membangun kawasan juga berulang kali mendapat protes dari masyarakat internasional.
Filipina pernah mengajukan gugatan ke Mahkamah Arbitrase Internasional atas klaim Cina. Mahkamah, dalam putusannya pada Juni 2016, memenangkan gugatan Filipina dan menyatakan bahwa Cina melanggar hak-hak kedaulatan Filipina.
Tak hanya dengan Filipina, Cina juga bersengketa dengan Vietnam. Pada Maret lalu, Vietnam mengirim nota diplomatik ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memprotes kedaulatan Cina atas Laut Cina Selatan. Pada bulan ini, Vietnam mengajukan protes resmi kepada pemerintah Cina terkait dengan insiden tenggelamnya kapal nelayan setelah bertabrakan dengan kapal penjaga pantai Cina di dekat pulau-pulau itu. Namun Cina justru menyatakan kapal Vietnam secara ilegal menangkap ikan dan tenggelam setelah menabrak kapal Cina.
Vietnam memprotes keberadaan dua distrik yang dibuat Cina. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam, Le Thi Thu Hang, mengatakan tindakan itu membuat situasi di Laut Cina Selatan makin rumit. "Tindakan-tindakan ini tidak kondusif bagi pengembangan hubungan persahabatan antarnegara dan membuat situasi di Laut Timur (nama Vietnam untuk Laut Cina Selatan) dan dunia makin rumit," ujar dia. "Vietnam menuntut Cina menghormati kedaulatan Vietnam dan membatalkan keputusannya yang salah serta tidak mengulangi kegiatan serupa pada masa depan."
Adapun juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, mengatakan pembentukan dua distrik baru tersebut sesuai dengan aturan administrasi pemerintah Cina. "Tiongkok secara tegas menentang kata-kata dan perbuatan Vietnam yang merusak kedaulatan Cina di Laut Cina Selatan. Cina akan terus mengambil langkah-langkah tegas untuk melindungi kedaulatan dan hak-haknya," ujar Geng, saat menggelar konferensi pers, kemarin.
Insiden ini memicu reaksi Washington dan menuduh Cina mengeksploitasi masalah ini saat negara-negara lain disibukkan oleh krisis akibat pandemi virus corona atau Covid-19. Collin Koh, peneliti dari Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Universitas Teknologi Nanyang, Singapura, mengatakan langkah Cina hanya akan memperdalam rasa kurang percaya di antara negara-negara anggota ASEAN yang saat ini sedang menegosiasikan kode etik untuk wilayah tersebut. "Langkah seperti itu akan menjadi kontraproduktif dan bumerang bagi Beijing," kata Koh. Dia mengatakan cara-cara seperti ini malah meningkatkan perhatian internasional, padahal itu adalah sesuatu hal yang dihindari Cina. SOUTH CHINA MORNING POST | REUTERS | SUKMA LOPPIES
Klaim Dua Distrik Cina di Tengah Sengketa