BEIJING - Cina kemarin mengumumkan akan membuka penyelidikan setelah dokter yang mengungkap soal ancaman wabah virus corona, Li Wenliang, meninggal. Pengawas antikorupsi Cina mengumumkan penyelidikan itu setelah kematian Li memicu kemarahan akibat penanganan pemerintah Cina dalam menghadapi darurat virus corona.
Komisi inspeksi disiplin menyatakan tim investigasi akan dikirim ke Wuhan, kota yang menjadi pusat wabah dan tempat dokter Li Wenliang meninggal. "Untuk melakukan penyelidikan komprehensif terhadap masalah yang melibatkan dokter Li Wenliang yang dilaporkan oleh massa," demikian pernyataan komisi itu.
Dokter mata itu meninggal akibat terinfeksi virus yang dia umumkan, demikian keterangan rumah sakit di Wuhan yang merawatnya. Rumah Sakit Pusat Wuhan, tempat Li bekerja, mengkonfirmasi kematiannya dalam unggahan singkat di media sosial Weibo.
"Dokter Li Wenliang dari rumah sakit kami, yang sayangnya terinfeksi selama peperangan melawan epidemi pneumonia dari virus corona, meninggal pukul 02.58, pada 7 Februari 2020, meskipun upaya maksimal untuk menyelamatkannya telah dilakukan. Kami sangat menyesalkan dan sangat berduka," demikian bunyi unggahan itu.
Pada 30 Desember tahun lalu, Li memperingatkan teman-teman sekolah kedokterannya dalam sebuah grup obrolan online. Dia memperingatkan bahwa penyakit mirip SARS telah melanda beberapa pasien di rumah sakit Wuhan dan mereka semua dikarantina di unit gawat darurat.
Pada hari yang sama ketika dokter Li menyampaikan pesannya, otoritas kesehatan setempat mengumumkan bahwa kota tersebut telah mengkonfirmasi 27 kasus virus jenis baru, kebanyakan berkaitan dengan pasar makanan laut.
Namun Li bersama tujuh orang lain yang berbagi informasi tentang wabah itu, termasuk setidaknya tiga dokter, dipanggil kepolisian setempat. Mereka dipaksa menandatangani surat yang menyatakan mereka berjanji tidak membuat pengungkapan lebih lanjut mengenai penyakit ini.
Pada awal Januari, CCTV, media Partai Komunis, menuduh delapan orang di Wuhan menyebarkan apa yang oleh pemerintah disebut "rumor". "Dunia maya sama sekali bukan perbatasan tanpa hukum, polisi tidak memiliki toleransi terhadap tindakan ilegal memalsukan atau menyebarkan desas-desus yang mengganggu ketertiban sosial," kata penyiar memperingatkan.
Dalam sebuah unggahan di Weibo yang membahas bagaimana Li menyampaikan berita dan berinteraksi dengan polisi, Li mengatakan ia kembali bekerja pada 3 Januari setelah polisi menegurnya. Namun kemudian ia mulai batuk pada 10 Januari.
"Saya demam pada 11 Januari dan dirawat di rumah sakit pada hari berikutnya. Saat itu, pemerintah masih berkeras tidak ada penularan dari manusia ke manusia dan mengatakan tidak ada staf medis yang terinfeksi. Saya bingung," kata Li dalam sebuah unggahan di Weibo pada 31 Januari lalu.
Li terinfeksi virus corona tipe baru pada Sabtu pekan lalu. "Tes virus saya masih negatif, tapi saya kesulitan bernapas, saya hampir tidak bisa bergerak. Orang tua saya juga dirawat di rumah sakit," kata Li di Weibo, sehari sebelum dia didiagnosis terinfeksi.
Setelah prediksinya menjadi kenyataan, Li dipuji sebagai pahlawan oleh netizen Cina. Para netizen menuliskan kemarahan mereka ketika mendengar kondisi Li yang kritis pada Kamis malam waktu setempat.
Sebelumnya, ada kabar simpang siur soal kematian Li. Akun media sosial surat kabar pemerintah Cina, The Global Times, mengabarkan kematian Li pada pukul 21.30 waktu setempat. Pihak rumah sakit kemudian membantah kematiannya dan menyatakan Li masih berada dalam kondisi kritis. Namun akhirnya rumah sakit mengkonfirmasi kematian Li.
Li menjadi salah satu korban tewas termuda dan merupakan satu dari 500 dokter yang terinfeksi virus mematikan ini.
Kemarahan para netizen di Weibo pun diungkap dengan naiknya tagar #SayaInginKebebasanBerpendapat. Namun tagar itu cepat-cepat disensor oleh pemerintah.
"Saya cinta negara ini, penduduknya, tanah, danau, dan sungainya. Tapi saya membenci pemerintahnya," seorang netizen menulis. Sementara itu, netizen lain menulis, "Semuanya hanya pertunjukan belaka. Dari awal pandemi hingga saat ini, semua hanya kebohongan demi kebohongan."
Hingga kemarin, otoritas kesehatan Cina melaporkan virus mematikan ini telah merenggut 636 nyawa di daratan Cina, ditambah dua kematian lainnya di Hong Kong dan Filipina. Wabah telah menginfeksi lebih dari 31 ribu orang di Cina. Angka ini jauh melebihi epidemi SARS pada 2002-2003 yang menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia.CTGN | CNA | SCMP | CNBC | SITA PLANASARI AQUADINI
Cina Selidiki Kasus Dokter Pengungkap Wabah Corona