WASHINGTON, DC - Pidato bernada rasialis yang kerap dilontarkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di hadapan pendukungnya kembali menuai kecaman. Banyak pihak menuding pidato-pidato tersebut memprovokasi teroris kulit putih untuk menyerang warga kulit berwarna dan imigran, seperti dalam penembakan massal di El Paso, Texas, akhir pekan lalu.
Pelaku penembakan, yang diidentifikasi bernama Patrick Crusius, diketahui mengunggah manifesto atau dokumen online yang berisi dukungan untuk pandangan nasionalisme kulit putih dan rasisme.
Dokumen online itu menyebut penembakan brutal sebagai respons terhadap "invasi Hispanic di Texas". Manifesto empat halaman milik pria berusia 21 tahun itu dilaporkan diunggah ke 8chan-forum online yang biasa dipakai kalangan sayap kanan jauh-sekitar 20 menit sebelum polisi setempat menerima panggilan darurat pertama pada Sabtu pagi waktu setempat.
Jaksa Amerika Serikat untuk Distrik Texas Barat, John Bash, menyatakan Departemen Hukum Amerika tengah mempertimbangkan secara serius untuk menjatuhkan dakwaan kejahatan kebencian federal dan senjata api federal dengan ancaman hukuman mati terhadap Crusius.
Bakal calon presiden dari Partai Demokrat, Beto O’Rourke, pun menyalahkan retorika Trump tentang imigran dan pencari suaka atas serangan mengerikan di Texas.
"Siapa pun yang memulai kampanye mereka untuk kepresidenan dengan menyebut imigran Meksiko sebagai pemerkosa dan penjahat; siapa pun yang, sebagai presiden, menggambarkan para pencari suaka di perbatasan Amerika-Meksiko sebagai invasi atau binatang; menaburkan ketakutan, jenis reaksi yang kita lihat di El Paso, kemarin," kata O’Rourke dalam wawancara dengan stasiun televisi NBC, yang dikutip USA Today, kemarin.
"Presiden kita tidak hanya gagal menghadapi dan melucuti para teroris domestik ini. Dia juga memperkuat dan memaafkan kebencian mereka," cuit sesama calon presiden dari Partai Demokrat, Pete Buttigieg.
Sementara itu, senator Bernie Sanders, yang juga bertarung dalam pemilihan presiden dari Partai Demokrat, mengatakan bahasa Trump "menciptakan iklim yang memberatkan para ekstremis yang kejam".
Trump, yang menjadikan pembatasan imigran ilegal sebagai salah satu poin penting dalam kepresidenannya, sebelumnya membuat komentar yang menghina para migran Meksiko dan menyebut kelompok-kelompok besar migran yang mencoba untuk mencapai Amerika sebagai "invasi".
Hanya berselang 13 jam, penembakan massal terjadi lagi di Dayton, Ohio. Penembakan oleh Connor Betts itu menewaskan sembilan orang, salah satunya adiknya sendiri, sebelum akhirnya dia ditembak mati oleh petugas polisi. Aparat menyatakan, jika tidak dihentikan, serangan di Ohio dapat menewaskan ratusan orang karena pelaku membawa ratusan peluru dan senapan serbu.
Selain memicu masalah rasialisme, Trump merupakan pendukung hak kepemilikan senjata api. Pada 2017, dia mengatakan "tidak akan pernah melanggar hak rakyat untuk memegang dan membawa senjata". Ia pun disebut menerima dana kampanye hingga US$ 30 juta dari Asosiasi Nasional Senjata Api (NRA).
Dalam pernyataan resminya setelah berakhir pekan di resor pribadinya, Trump mengecam penembakan massal di El Paso. Menurut dia, serangan itu merupakan "tindakan pengecut". "Membenci tidak punya tempat di negara kita," kata Trump kepada wartawan.
Sementara itu, Meksiko mengumumkan serangkaian tindakan tidak biasa untuk melindungi warganya di Amerika Serikat, termasuk kemungkinan menuntut pelaku penembakan El Paso di pengadilan Meksiko. Enam warga Meksiko termasuk di antara 20 yang tewas dalam serangan itu, dan tujuh lainnya terluka.
Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, mengatakan negara itu akan mengambil tindakan berdasarkan hukum internasional. "Meksiko marah," kata Ebrard kepada wartawan. "Namun kami akan bertindak sesuai dengan hukum."
"Sejauh yang saya tahu, ini akan menjadi kasus pertama dari jenis ini dalam sejarah," kata Ebrard. Pemerintah Meksiko bahkan dapat berupaya mengekstradisi tersangka. "Bagi Meksiko, orang ini adalah seorang teroris."
Dia mengidentifikasi lima korban El Paso sebagai Sara Esther Regalado dari Ciudad Juarez, Adolfo Cerros Hernandez dari Aguascalientes, Jorge Calvillo Garcia dari Torreon, Elsa Mendoza dari Yepomera, dan Gloria Irma Marquez dari Ciudad Juarez. THE WASHINGTON POST | AP | REUTERS | USA TODAY | CNN | SITA PLANASARI AQUADINI
Kecaman terhadap Retorika Rasialis Trump