GUANGZHOU -- Badai salju melumpuhkan Cina. Jalan dan jalur kereta api tak bisa digunakan, yang menyebabkan sekitar 500 ribu orang harus menginap di stasiun-stasiun karena pemberangkatan kereta yang tertunda. Di Guizhou, 25 orang tewas ketika sebuah bus tergelincir di jalan yang sangat licin.
Rumah-rumah dan lahan pertanian rusak. Badai yang muncul berdekatan dengan perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek ini membuat jutaan orang bakal tak bisa berjumpa dengan keluarga mereka saat tahun baru yang dimulai pada 7 Februari. Badai membuat jalan-jalan tertutup salju tebal. Rel kereta api juga tak bisa dilalui karena berselimut salju.
Stasiun Guangzhou tampak hiruk-pikuk oleh orang-orang yang terpaksa bertahan di sana karena tak bisa pergi ke mana-mana. Mereka terpaksa menginap di stasiun dengan tenda-tenda darurat yang dibangun aparat. Polisi dan tentara tampak berjaga-jaga memantau situasi yang kacau itu.
Jalan tol yang menghubungkan Guangzhou dan Hunan sama sekali tak bisa dilewati karena tertutup salju. Sekitar 20 ribu kendaraan terjebak di salah satu jalur. Seorang pria yang membawa 10 anak untuk mengunjungi orang tuanya yang menjadi pekerja migran di Guangdong ikut terjebak di sana. "Ini adalah hari kelima kami terjebak di dalam bus," kata pria itu. "Setiap hari kami mendapat dua bungkus mi instan untuk makan," ujarnya.
Krisis energi juga mengancam Negeri Panda itu. Badai salju membuat pasokan bahan bakar batu bara ke pembangkit tenaga listrik tersendat. Hanya sekitar 25 persen bahan bakar yang bisa disuplai. Kereta pengangkut batu bara tak bisa bergerak karena rel yang tertutup salju tebal. Sebuah pembangkit listrik yang memproduksi 7 persen listrik Cina terpaksa dimatikan karena kurangnya pasokan bahan bakar.
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Cina, yang juga Presiden Cina, memperingatkan cuaca yang lebih buruk bakal terjadi. "Dalam beberapa hari mendatang, akan ada lagi cuaca buruk di beberapa daerah di selatan. Departemen pemerintahan dan pemerintah lokal harus waspada akan seriusnya situasi dan harus sangat siap mencegah serta menghadapi bencana ini," katanya.
Perdana Menteri Wen Jiabao, yang mengunjungi Changsha, ibu kota Provinsi Hunan, menginstruksikan agar pemerintah setempat membersihkan es dari jalan dan kabel listrik. Wen mengingatkan aparat pemerintah agar memprioritaskan suplai batu bara untuk pembangkit listrik dan mengurangi pemakaian listrik kecuali untuk keperluan vital. "Karena hujan, salju, dan dingin, serta saatnya musim liburan, pekerjaan menyiapkan batu bara, listrik, dan suplai bahan bakar lainnya menjadi pekerjaan yang berat," kata Wen saat pertemuan kabinet. Dia meminta semua aparat di bawahnya agar bersiap menghadapi situasi terburuk dan secepatnya mengambil tindakan. AP | AFP | BBC | JULI HANTORO
Stasiun yang Kacau
Wajah-wajah frustrasi dan marah memenuhi Stasiun Guangzhou. Ribuan orang terlihat mirip sarden, yang memenuhi hampir tiap sudut stasiun. Mereka semua kebanyakan pekerja migran yang berharap bisa pulang ke rumah sebelum perayaan Imlek. Sayang, niat mereka tampaknya bakal tertunda karena badai salju membuat jalur kereta tertutup salju tebal dan perusahaan kereta setempat tak berani menjalankan kereta.
"Tak akan ada kereta yang berangkat ke utara hari ini," kata seorang petugas kereta api lewat pengeras suara. Dia meminta agar semua penumpang yang menumpuk di stasiun pulang dan menunggu cuaca lebih baik. Ratusan petugas kepolisian yang ikut menjaga keramaian itu tak bisa berbuat banyak melihat penumpang yang marah sambil meneriakkan kata-kata kotor kepada petugas kereta api.
"Terlalu ramai orang di sini. Akan mudah terjadi kekacauan. Sangat bahaya, bahkan untuk orang dewasa, di sini. Anda harus membawa pulang anak Anda ke rumah," ujar polisi kepada seorang perempuan yang membawa anaknya. Para penumpang yang kesal berdesakan di depan meja informasi. Mereka mengeluhkan kurangnya informasi. "Tak ada yang memberi tahu kami apa pun. Ini adalah tanggung jawab mereka," kata Zhang Gang, 28 tahun, yang tampak frustrasi karena harus pulang ke rumahnya di Provinsi Henan untuk menikah.
Para petugas meminta para penumpang pindah ke stadion di dekat sana agar bisa mendapatkan suplai makanan dan air. Sekitar 1.000 orang telah ada dalam stadion tersebut. Mereka mendapat suplai mi instan. Beberapa di antara mereka mencoba bertahan dari hawa dingin dalam sebuah kamar mandi yang bau, beberapa lainnya tampak berkumpul di dekat saklar listrik untuk mengisi baterai telepon seluler mereka agar tetap bisa berhubungan dengan keluarga mereka. AFP | JULI