maaf email atau password anda salah


Ditjen EBTKE

Inovasi Limbah Agroindustri Jadi Bioenergi

Bioenergi dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dan non-listrik.

arsip tempo : 171404937371.

Diskusi online Bioshare Series #4 dengan tema Limbah Agroindustri jadi Bioenergi: Strategi Implementasi dan Inovasi yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal EBTKE dan GIZ, Selasa, 5 Oktober 2021.. tempo : 171404937371.

Jakarta - Potensi bioenergi yang melimpah di Indonesia berpeluang besar menggantikan energi fosil. Tidak hanya di sektor kelistrikan, bioenergi sebagai sumber energi baru terbarukan (EBT) juga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor transportasi, industri, dan rumah tangga.

Keragaman bahan baku bioenergi mudah ditemui di berbagai penjuru negeri, seperti limbah pertanian, limbah perkebunan, kotoran ternak, bahkan sampah perkotaan. Strategi pemanfaatannya pun beragam, termasuk pembangkit listrik tenaga (PLT) Biomassa, PLT Biogas, PLT Sampah Kota, Biogas Rumah Tangga, Tungku Bioenergi, dan sebagainya.

Menurut Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kontribusi bioenergi pada tahun 2025 terdiri dari PLT Bioenergi sebesar 5,5 MW, Biofuel sebesar 13,9 juta kL, biomassa sebesar 8,4 juta ton, dan biogas sebesar 498,8 juta m3. Hingga saat ini, tercatat capaian kontribusi biofuel sebesar 8,4 juta kl (60,4 persen), PLT Bioenergi mencapai 1,9 MW (34,5 persen), dan Biogas baru mencapai 28,07 juta m3 (5,6 persen).

Guna mendorong optimalisasi pemanfataan bioenergi, Direktorat Jenderal EBTKE bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Konservasi Alam dan Keamanan Nuklir (BMU) Pemerintah Jerman melalui Deutsche Gesselschaft für Internationalle Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. Tim menyusun strategi untuk memfasilitasi pengembangan bioenergi. Khususnya bioenergi dari limbah industri agro dan pengolahan kayu (agroindustri). Tim bekerja dalam kerangka proyek kerja sama Strategic Exploration of Economic Mitigation Potential through Renewables (ExploRE).

“Target yang telah ditetapkan, kita harapkan dapat dieskalasi dengan adanya dukungan internasional. Salah satu yang saat ini mensupport kita untuk meningkatkan target capaian adalah mitra kerja sama kita, GIZ”, ujar Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, dalam Bioshare Series #4 Webinar bertema Limbah Agroindustri jadi Bioenergi: Strategi Implementasi dan Inovasi, Selasa 5 Oktober 2021.

Feby juga menuturkan, bioenergi dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dan non-listrik. Nantinya akan memainkan peran penting untuk mencapai target bauran energi sekaligus pengurangan emisi. Bioenergi dapat menggantikan peran minyak, gas, juga batu bara. Mengingat Indonesia dianugerahi sumber EBT, khususnya bioenergi melimpah. Bahkan bisa menjadi lumbung energi dunia.

Oleh karena itu, Direktorat Jenderal EBTKE bekerja sama dengan banyak pihak termasuk GIZ. Diantaranya dalam pembaharuan data potensi bioenegi di Indonesia serta pengembangan bio-CNG. “Namun, pengembangan energi berbasis limbah belum berkembang secara optimal. Hingga saat ini ada 4 kelompok kendala besar, yaitu terkait sumber daya, regulasi, pendanaan, dan teknologi,” ungkap Feby.

Selaras dengan pernyataan tersebut, Direktur Carbon and Environmental Research Indonesia (CER) Syahrina, juga memaparkan kendala serupa. Ia menjelaskan strategi yang dapat diterapkan untuk mendukung pengembangan bioenergi, berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan bersama proyek ExploRE. Strategi yang dapat dikembangkan pemerintah diantaranya pemetaan, matchmaking, potensi limbah agroindustri, konsumen dan pemanfaatannya. Juga ada rekomendasi bagi target pemanfaatan bioenergi yang spesifik.

“Dari segi kebijakan jual beli, pricing policy dapat menggunakan feed-in tariff. Periode kontrak yang lebih baik bagi pelaku industri, dan juga skema subsidi,” tutur Syahrina. Ia pun menambahkan pentingnya sosialisasi informasi terkait dukungan fiskal dan skema pendanaan yang telah dikembangkan oleh Pemerintah Indonesia.

Turut hadir membagikan pengalaman dalam pengembangan bioenergi dari limbah agroindustri, perwakilan dari industri kelapa sawit, gula, serta pulp dan kertas.  Plt. Direktur PT Enero (PTPN X) Puji Setiyawan menyampaikan produksi gula yang dilakukan oleh PTPN X telah mengoptimalkan seluruh bahan baku. Termasuk pengolahan limbah untuk menjadi sumber energi, baik listrik maupun bentuk lainnya.

Sementara itu Senior Konsultan PTPN V, Ampon Syafari, menegaskan pengembangan bioenergi merupakan keniscayaan. Hal ini untuk menjaga keberlanjutan dan keseimbangan ketersediaan energi serta konservasi lingkungan. Perwakilan dari industri pulp dan kertas, Head of Certification, Compliance & Mill Environment APRIL Group, Kasman, juga menyampaikan hal serupa terkait pemanfaatan bioenergi “Kita harus bergerak lebih agresif dan cepat untuk mencapai target-target EBT.”

Beragam inovasi dan alat pendukung juga telah dikembangkan untuk mendorong kebijakan dan implementasi bioenergi di berbagai sektor. Advisor GIZ ExploRE, M.Rizki Maulana, memaparkan ketersediaan pusat data bioenergi yang dapat diakses langsung oleh pelaku usaha, pemerintah daerah, maupun pemangku kepentingan lainnya. Tidak hanya merangkum potensi bioenergi yang tersebar di berbagai wilayah negeri, database yang tersedia secara daring ini juga dapat memberi informasi terperinci terkait lokasi serta jenis limbah agroindustri yang tersedia.

Ada beragam inovasi dan platform yang telah tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan bioenergi. Salah satunya adalah WIPO Green Database of Innovative Technologies and Needs yang dikembangkan oleh World Intellectual Property Organization (WIPO) salah satu lembaga di bawah payung United Nations (PBB). Tidak hanya itu, ada pula Biogas and Gasification Matchmaking Platform yang dikembangkan oleh DiBiCoo, sebuah proyek konsorsium yang berfokus untuk memfasilitasi pengembangan biogas.

Dody Setiawan, Principal Advisor GIZ ExploRE, menjelaskan bahwa by-product agroindustri ternyata menyimpan energi dan juga nilai ekonomi. Ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi, baik untuk internal maupun eksternal perkebunan. Praktik-praktik ini bisa direplikasi oleh agroindustri di Indonesia. Agar meningkatkan efisiensi serta memberikan nilah tambah untuk industri bagi masyarakat sekitar, dan bagi Indonesia. 

Konten Eksklusif Lainnya

  • 25 April 2024

  • 24 April 2024

  • 23 April 2024

  • 22 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan