P&G Indonesia Kelola Sampah Kemasan dan Setor Lewat Aplikasi
P&G Indonesia mempelopori pengelolaan sampah plastik sachet multilayer dan HDPE. Konsumen di Jawa Barat bisa mengumpulkan sampah produk P&G melalui aplikasi Octopus.
Jakarta – Ada sekitar 170 ribu ton sampah yang dihasilkan oleh Indonesia dalam sehari, menurut data dari Bappenas dan Kementerian Maritim dan Investasi. Sebanyak 62 persen diantaranya didominasi oleh sampah rumah tangga. Namun hanya sekitar 10 hingga 15 persen yang didaur ulang.
Jenis sampah plastik yang saat ini belum diolah adalah sampah plastik sachet multilayer dan HDPE. Tantangan mengelola sampah plastik sachet multilayer adalah proses penguraiannya yang sulit. Sedangkan sampah plastik HDPE belum memiliki nilai ekonomi. Padahal jenis HDPE adalah penyumbang sampah plastik terbesar saat ini.
Karena itu, P&G bekerjasama dengan Octopus Indonesia dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat meluncurkan program Conscious Living. Warga Jawa Barat dan konsumen P&G bisa mengumpulkan kemasan sachet multilayer dan plastik HDPE kemasan produk P&G melalui aplikasi Octopus.
Konsumen bisa memilah sampah lalu mengakses aplikasi untuk menyetor sampah produk P&G tersebut. Lalu pelestari akan datang mengambil sampah tepilah. Sampah itu akan diserahkan kepada pengusaha pengolah sampah atau pengepul untuk diolah menjadi sumber energi terbarukan.
Asrini Suhita, P&G Indonesia Sales Senior Director & Sustainability Leader, mengungkapkan program ini bertujuan melestarikan lingkungan. Serta, mencegah sampah plastik sachet multilayer dan HDPE bekas produk P&G berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Hal ini merupakan bukti komitmen kami sebagai perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) berupaya mempertanggung jawabkan dampak bisnis kami terhadap lingkungan,” kata Asrini melalui siaran pers, Selasa 5 Oktober 2021.
Program ini dilakukan dengan proses mengelola sampah terintegrasi guna mencapai sistem ekonomi sirkular. Menurut dia, P&G merupakan pelopor dalam mengimplementasikan proses pengolahan sampah khususnya plastik sachet multilayer dan plastik HDPE yang belum bernilai. Agar sampah punya nilai ekonomi yang dapat memberikan manfaat untuk masyarakat
P&G sudah melakukan program serupa pada 2020. Tetapi kala itu hanya untuk kalangan internal perusahaan. Saat itu, karyawan P&G Indonesia berhasil memilah dan mengumpulkan lebih dari 5,1 ton sampah rumah tangga karyawan untuk didaur ulang. Melihat kesuksesan tersebut, P&G melakukan ekspansi dan multi-kolaborasi program dengan pihak eksternal. Tujuannya, mendapatkan dampak skala yang lebih besar.
Melalui program Conscious Living ini, P&G juga ingin berperan aktif mendukung program pemerintah provinsi Jawa Barat. Caranya dengan bertanggung jawab atas sampah produknya secara terpadu. P&G juga turut mendukung pemerintah yang berencana kota Bandung tanpa TPA tahun 2023. “Program Conscious Living tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dari pemerintah dan juga masyarakat setempat,” kata Asrini.
Program ini juga akan memberikan manfaat kepada 2.800 pelestari (pengumpul sampah) di Kota Bandung. Sebagai operator utama program ini, Octopus memberikan layanan melalui aplikasi. Konsumen memilah sampah dan dilaporkan ke aplikasi Octopus. Sampah itu lalu diambil oleh pelestari.
“Kami senang sekali, karena melalui program Conscious Living ini permasalahan sampah sachet atau plastik multilayer, dan plastik HDPE dapat ditangani,” kata Moehammad Ichsan, Co-Founder dan CEO Octopus Indonesia. Menurut dia, sampah jenis ini selalu dianggap sebagai sampah yang tidak memiliki nilai.
Menurut dia, Octopus Indonesia bersama P&G membuat sebuah sistem yang tidak hanya memberikan nilai terhadap sampah tersebut. Namun juga memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat. Diantaranya adalah konsumen, pelestari, dan pengepul.
“Dengan ini kami merasa sangat bangga bermitra dengan P&G dan kami berharap bahwa kerjasama ini dapat terus berinovasi dan berkembang ke wilayah lainnya,” ujarnya. Hingga saat ini, Octopus Indonesia memiliki pengguna yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Aplikasi ini telah hadir di kota Makassar, Badung (Bali), Gianyar (Bali), Denpasar, dan Provinsi Jawa Barat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Prima Mayaningtyas menyambut antusias. “Kami mewakili pemerintah provinsi Jawa Barat mendukung penuh program ini. Karena program ini sejalan dengan program pengelolaan lingkungan pemerintah provinsi kami,” ujarnya.
Menurut dia, salah satu tantangan terbesar saat ini adalah pengelolaan sampah plastik tanpa nilai ekonomi seperti sachet multilayer dan HDPE. “Kami berharap program ini dapat dilaksanakan di kota dan kabupaten di wilayah Jawa Barat lainnya.”
P&G adalah perusahaan barang konsumen global dan terkemuka. Perusahaan ini telah beroperasi selama lebih dari 180 tahun untuk melayani kebutuhan 5 miliar konsumen di 180 negara dan mencakup kantor operasional P&G di 70 negara di seluruh dunia.
Di Indonesia, P&G Indonesia berdiri pada 1989 dan terkenal melalui beberapa merek ikonik, seperti: : Pantene, Head & Shoulders, Rejoice, SK-II, Olay, Gillette, Oral B, Vicks, Sangobion, Neurobion, Cavit-D, Hemobion, Becombion, lliadin, Pampers, Whisper, Downy, dan Ambi Pur.