maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Google

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Pentingnya Budaya Membaca & Peran Orang Tua dalam Mencegah Penurunan Pembelajaran di Masa Pandemi

Dengan masih tingginya kasus Covid-19, pembelajaran masih dilaksanakan secara jarak jauh. Karena itu perlu inovasi dan terobosan baru untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

arsip tempo : 171346336275.

Ilustrasi siswa belajar di masa pandemi.. tempo : 171346336275.

Jakarta –  Pada Juli 2021, sesuai kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek), seharusnya anak-anak Indonesia memulai Tahun Ajaran Baru dengan pembelajaran tatap muka. Namun, dengan tingginya kasus terkonfirmasi positif Covid-19 rencana ini pun ditunda untuk beberapa daerah di Indonesia. Inilah yang dikhawatirkan banyak pihak akan terjadi learning loss atau penurunan pembelajaran pada anak.

Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 231 Jakarta, Sriyono mengatakan, dalam masa pandemi Covid-19 ini dalam menyampaikan pembelajaran mempunyai tantangan. Dengan pembelajaran daring yang telah berjalan lebih dari setahun, orang tua peserta didik kerap mengungkapkan kesulitannya dalam membantu anaknya belajar. “Orang tuanya mengeluh melihat anak-anak belajar dari rumah, karena memang tidak semua orang tua mempunyai pemahaman yang sama,” kata dia kepada Tempo, Kamis, 29 Juli 2021.

Selain kerap mengalami kesulitan dalam mendampingi anak belajar, Sriyono mengungkapkan, orang tua siswa juga mengeluhkan biaya untuk paket internet guna mendukung pembelajaran daring. Kemudian, ada beberapa peserta didik yang tidak memiliki gawai dalam mendukung pembelajaran daring. Pasalnya, dengan mayoritas taraf ekonomi siswa yang bersekolah di SMP Negeri 231 Jakarta adalah menengah ke bawah terkadang cukup memberatkan.

 Sehingga, ia mengambil solusi untuk sementara melakukan kelas virtual sebulan sekali, dan lebih banyak dialihkan dengan ruang percakapan daring atau metode lainnya. “Kalau orang tua mampu tidak masalah sama kuotanya, tapi yang menengah ke bawah ini jadi tantangan,” tuturnya.

Sejak tahun 2020 pemerintah telah menggelontorkan bantuan pulsa kuota internet, Sriyono menuturkan, untuk tahun ini pihaknya masih menunggu untuk realisasi insentif serupa bagi peserta didik. Adapun besaran kuota yng diinformasikan untuk peserta didik jenjang dasar dan memenengah sebesar 10 GB dan guru jenjang menengah 12 GB

Sriyono mengatakan, pembelajaran jarak jauh yang dilakukan saat ini dirasa tidak efektif dalam menyampaikan materi pembelajaran. Sehingga, ia berharap, pandemi Covid-19 segera usai dan anak-anak dalam belajar seperti biasanya.

Dengan kondisi berbagai keterbatasan, pengamat pendidikan Itje Chodijah mengatakan, risiko terjadinya learning loss akan ada. Apalagi bagi mereka yang tidak memiliki akses maksimal untuk melakukan pembelajaran daring saat pandemi, seperti yang berada di pedesaan/daerah pedalaman dimana akses internet sulit didapat. Sehingga, ia menyebut, interaksi yang berjarak ini menjadi tantangan tersendiri dalam menyampaikan materi pembelajaran.

“Karena biasanya pembelajaran tatap muka, ketika ada kesulitan bisa ditangani langsung ke anaknya, misalnya di kelas dikasih tau oleh gurunya. Kemudian, misalnya ada yang kurang tau bisa kerja sama temannya. Namun ketika jarak jauh ini tidak bisa dijangkau,” kata dia kepada Tempo, Kamis 29 Juli 2021.

Dengan kondisi pandemi Covid-19, kata Itje, risiko terjadinya penurunan pembelajaran pun sebisa mungkin harus diminimalisir. Walau ada keterbatasan, menurutnya, semua pihak harus bekerja sama dalam mencapai tujuan pembelajaran kepada anak. Sebab ini jadi penting, dibandingkan hanya mengejar ketuntasan bahan ajar. “Guru harus memahami dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Jadi proses pembelajaran yang diutamakan adalah tujuan pembelajaran bukan hanya sekedar belajar,” ucapnya.

Itje mengatakan, tujuan dari proses belajar adalah bagaimana menyiapkan anak-anak untuk dapat melanjutkan kehidupannya dengan penuh kesiapan. Jadi guna mengurangi terjadinya penurunan pembelajaran, kata dia, kuncinya kerja sama antar sekolah dan orang tua. Kemudian yang lebih penting lagi, menurut Itje, adalah bagaimana orang tua menemani anak-anaknya saat belajar. “Kalau dia (orang tua) tidak menyadari betapa penting menemani anak-anak dalam belajar itu tidak bisa,” ucapnya.

Kemudian, Itje menuturkan, pihak sekolah bisa membantu memberikan pengertian kepada orang tua untuk membantu peserta didik dalam belajar. Hal ini guna mendorong kesadaran para orang tua agar lebih berperan. Pasalnya, saat ini ada saja orang tua yang terbebani untuk menemani anaknya belajar daring. “Ini penting, karena banyak orang tua yang merasa bukan kepentingan dia. Jadi kadang kala ada orang tua merasa bosan, itu tak boleh,” ucapnya.

Solusi lain dalam memitigasi penurunan pembelajaran disampaikan oleh Sekretaris Komnas Pendidikan Indonesia Andreas Tambah. Dia mengatakan, budaya membaca yang harusnya didorong dalam masa pandemi Covid-19. Namun, para tenaga pendidik pun harus kreatif dalam menyampaikan pembelajaran agar anak tertarik dan mau membaca. “Harus ada terobosan baru dalam penugasan, jadi dia mau belajar dan membaca buku,” ucapnya kepada Tempo, Kamis, 29 Juli 2021.

Andreas mengatakan, bahwa kegiatan membaca sangat baik untuk pembentukan karakter dan tumbuh kembang seorang anak. Dengan rutin membaca, kata dia, maka semua ilmu bisa dipahami dan dipelajari. Selain itu, anak juga jadi menghabiskan waktu dengan kegiatan yang positif, dan bisa disesuaikan dengan kondisi anak pada masa pandemi Covid-19.

Lanjut dia, orang tua pun harus mendukung pola pembelajaran yang menguatkan budaya membaca. Menurut Andreas, upaya menumbuhkan minat baca sebaiknya memang dimulai sejak usia dini dan terus dikuatkan hingga bertambah usia. Sebab, kegiatan membaca dapat makin mendekatkan hubungan antara orang tua dengan anak. “Jadi orang tua juga memberikan dukungan ke anak-anak membudayakan membaca,” tuturnya.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 18 April 2024

  • 17 April 2024

  • 16 April 2024

  • 15 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan