Bakteri Staphylococcus aureus dapat menyebabkan banyak penyakit, antara lain infeksi kulit, pneumonia, dan keracunan darah. Bakteri ini berbahaya karena memiliki racun yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan tahan terhadap antibiotik.
Kemampuannya untuk menjadi kebal terletak pada racun yang dihasilkan. Racun ini mengurangi jumlah sel dalam tubuh yang mampu menekan respons imunitas. Akibatnya, bakteri multi-resistan ini menjadi lebih berbahaya karena menghasilkan enterotoksin yang sangat tinggi.
Temuan para ilmuwan di Technical University of Munich dan University of Tuebingen, Jerman, ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications. Penelitian ini dipimpin Nikolaus Rieber, ahli penyakit menular dan reumatologi di Rumah Sakit Anak Munich-Schwabing, Jerman.
Selama menginfeksi, Staphylococcus aureus melepaskan racun yang mengandung berbagai zat ke dalam tubuh, termasuk enterotoksin staphylococcal A dan B (SEA dan SEB). Para peneliti mencoba mengetahui apakah racun ini berperan dalam respons kekebalan yang berlebih terhadap patogen.
Untuk tujuan ini, mereka memeriksa dampak dari zat itu terhadap sel kekebalan yang disebut myeloid-derived suppressor cells atau MDSC. Sel-sel ini mendiagnosis sistem kekebalan tubuh, mencegah imunitas menjadi terlalu kuat, dan lebih membahayakan tubuh daripada mengobati.
Bersama timnya, Rieber menguji sekitar 20 jenis Staphylococcus aureus, termasuk yang tahan terhadap berbagai antibiotik. Bakteri multi-resistan ini menyebabkan masalah serius karena menginfeksi orang yang lemah oleh penyakit lain. Infeksi yang ditimbulkan sangat sulit diobati.
Selama penelitian, Rieber dan timnya menemukan bahwa enterotoksin memiliki efek modifikasi pada MDSC. Saat bakteri melepas kadar toksin yang tinggi, sel kekebalan inhibitor menjadi lebih sedikit. Tingkat toksin yang lebih rendah memiliki efek sebaliknya, lebih banyak MDSC yang hadir.
"Kami belum dapat memastikan dengan tepat apakah konsentrasi racun tinggi menyebabkan MDSC mati atau jumlah MDSC yang diproduksi menjadi lebih sedikit. Namun hasilnya sama: respons kekebalan tidak lagi efektif,” ucap Rieber.
Bakteri ini menghasilkan tingkat enterotoksin yang sangat tinggi. “Karena kemampuannya untuk tahan terhadap antibiotik, mereka menjadi lebih berbahaya. Mereka memicu respons imunitas berlebih dan membuat daya tahan tubuh melemah,” ucapnya.
Pengetahuan baru ihwal efek racun ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memerangi dan mencegah kanker. “Masalah yang ada pada tumor adalah sistem kekebalan tak lagi aktif untuk memerangi kanker lantaran mekanisme inhibitor terlalu kuat,” kata Rieber.
Melihat kemungkinan berhasil terapi ini besar, Rieber mengatakan, “Salah satu cara efektif adalah memanfaatkan enterotoksin lemah untuk menginduksi kekebalan lebih kuat di jaringan tumor. Ini berarti sel kanker yang menjadi target lebih efektif diobati."
SCIENCE DAILY | GREEN LOGIK | FIRMAN ATMAKUSUMA
Bakteri Staph Bikin Imunitas Turun