Para astronom dibuat terkejut oleh temuan baru yang menunjukkan adanya hematit mineral besi teroksidasi di garis lintang tinggi permukaan bulan. Ini artinya ada oksigen di bulan.
Besi sangat reaktif terhadap oksigen, yang kemudian membentuk karat kemerahan seperti yang terjadi di bumi. Permukaan ataupun bagian dalam bulan selama ini diketahui hampir tak memiliki oksigen.
Besi metalik murni memang lazim ditemukan di bulan. Tapi besi yang teroksidasi belum pernah ditemukan sebelumnya. Bahkan, dalam berbagai batuan contoh yang dibawa astronaut dalam misi Apollo dari bulan pun, besi tak pernah ditemukan.
Sedangkan hidrogen, yang disemburkan angin matahari dan mencapai permukaan bulan, malah membuat reaksi berlawanan dengan oksidasi. Jadi, adanya besi yang sangat teroksidasi di bulan, seperti hematit, adalah penemuan yang tak terduga.
Temuan itu telah diterbitkan dalam jurnal Science Advances, pekan lalu. Pemimpin penelitian ini adalah Shuai Li, asisten peneliti di Institut Geofisika dan Planetologi Hawai'i (HIGP) di UH Mānoa School of Ocean and Earth Science and Technology.
"Hipotesis kami adalah, hematit di bulan terbentuk melalui oksidasi besi permukaan bulan oleh oksigen dari atmosfer bagian atas bumi yang diembuskan ke permukaan bulan oleh angin matahari pada saat bulan berada dalam magnetotail bumi selama beberapa miliar tahun terakhir," kata Li.
Dalam melakukan penelitian ini, Li bersama profesor HIGP, Paul Lucey, dan rekan penulis dari Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA menganalisis data pantulan hiperspektral yang diperoleh Moon Mineralogy Mapper (M3) yang dirancang oleh JPL NASA dalam misi Chandrayaan-1 milik India.
“Ketika saya memeriksa data M3 di daerah kutub, saya menemukan beberapa fitur dan pola spektral berbeda dari yang kita lihat di garis lintang yang lebih rendah atau sampel yang pernah dibawa misi Apollo," kata Li.
Lantas, Li pun bertanya-tanya, apakah mungkin ada reaksi batuan air di bulan. “Setelah melakukan penyelidikan cukup lama, saya akhirnya menemukan bahwa terlihat tanda-tanda kehadiran hematit di bulan,” ucapnya.
Tim menemukan keberadaan hematit yang sangat berkorelasi dengan kandungan air di garis lintang tinggi. Ini adalah lokasi Li dan astronom lainnya menemukan air di bulan, yang lebih terkonsentrasi di permukaan yang selalu menghadap bumi.
"Semakin banyaknya hematit ditemukan di permukaan bulan yang selalu menghadap bumi menunjukkan bahwa ini ada kaitannya dengan bumi," kata Li. "Ini sesuai dengan temuan misi Kaguya Jepang bahwa oksigen dari atmosfer bagian atas bumi dapat diembuskan ke permukaan bulan oleh angin matahari.”
Li menambahkan, ketika bulan berada dalam jarak terdekat dengan bumi, oksigen atmosfer bumi dapat menjadi oksidan utama untuk menghasilkan hematit. “Dampak air dan debu antarplanet mungkin juga memainkan peran penting,” ujarnya.
Yang menarik, Li melanjutkan, hematit juga ditemukan di sisi bulan yang tak pernah menghadap bumi, meski jumlahnya sangat sedikit. Ada kemungkinan air yang ada di garis lintang tinggi bulanlah yang menyebabkan terbentuknya hematit di sana.
Tim peneliti berharap misi luar angkasa Artemis NASA dapat mengambil sampel hematit dari wilayah kutub bulan. Ini untuk menguatkan hipotesis mereka apakah hematit bulan teroksidasi oleh oksigen bumi dan dapat membantu mengungkap evolusi atmosfer bumi dalam miliaran tahun terakhir.
FIRMAN ATMAKUSUMA | SCIENCE DAILY | NASA
Ilmu dan Teknologi
Hematit Ditemukan di Bulan
Besi lazim ditemukan di bulan, tapi yang teroksidasi belum pernah ditemukan.
Edisi, 7 September 2020

Reporter: Tempo

- - Para astronom dibuat terkejut oleh temuan baru yang menunjukkan adanya hematit mineral besi teroksidasi di garis lintang tinggi permukaan bulan,
- - Ini artinya ada oksigen di bulan. .
- - Besi lazim ditemukan di bulan, tapi yang teroksidasi belum pernah ditemukan.