Selain sebagai alat transportasi, mobil bagi sebagian orang menjadi simbol kesuksesan. Aktivitas usaha dan bisnis bisa menjadi lebih mudah dan lancar. Selain itu, mengendarai mobil membuat pengguna nyaman dan bisa terhindar dari perubahan cuaca.
Namun banyak pemilik kendaraan yang mengabaikan perawatan mobilnya. Selain karena ongkos servis mahal, antrean panjang dan harus menunggu lama membuat pemilik mobil malas membawa mobilnya ke bengkel resmi. “Kalau cuma pakai dan modifikasi enak banget, tapi kalau sudah disuruh ke bengkel biasanya malas," ujar Martin Suryohusodo, Kepala Eksekutif Otoklix, kemarin.
Menurut Martin, ada alternatif menghindari antrean panjang dan ongkos servis mahal di bengkel-bengkel resmi. Pemilik kendaraan bisa membawa kendaraannya ke bengkel non-resmi alias bengkel bukan dealer. Namun tingkat kepercayaan publik kepada bengkel “pinggir jalan” sangat rendah, meski menawarkan harga bersaing. “Di bengkel non-resmi biasanya banyak yang merasa tertipu, seperti harga dan keaslian suku cadang."
Padahal, menurut sarjana akuntansi dari University of Melbourne, Australia, ini banyak bengkel non-resmi memiliki reputasi baik dan montir mumpuni. Martin mengajak rekannya, Joseph Alexander, mendirikan usaha rintisan Otoklix pada Januari 2019, untuk membantu bengkel non-resmi guna meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan.
Otoklix menjalin kerja sama dengan pemilik bengkel-bengkel non-resmi melalui sistem manajemen digital. Martin mengatakan, dengan sistem digital, pemilik bengkel bisa meningkatkan kedatangan pelanggan minimal 30 persen.
Martin menjelaskan Otoklix memberi berbagai sentuhan sistem manajemen digital dan pemasaran dengan mesin pembelajaran perilaku konsumen otomotif. “Kami sediakan sistem point of sales, layanan booking secara online, hingga pemasaran," ujar dia.
Masalah utama bengkel non-resmi, kata Martin, mereka kerap bermain harga karena tidak mendapatkan suku cadang dari prinsipal. Padahal, jika bengkel mendapatkan suplai suku cadang resmi, ini bisa menjadi modal utama mereka untuk bersaing dengan bengkel resmi. “Karena banyak pemilik mobil akan ke bengkel non-resmi begitu masa garansi pabrik habis," ujar dia.
Salah seorang pengguna Otoklix, Reynaldi, kini biasa melakukan perawatan kendaraan di bengkel “pinggir jalan." Kini kendaraannya memiliki jadwal rutin menjalani servis melalui Otoklix. Menurut Reynaldi, selama ini bengkel non-resmi lemah dalam pelayanan dan tidak memiliki catatan kendaraan-kendaraan yang menjalani servis. “Harga murah bisa belakangan, asal layanannya bagus dulu," ujar dia.
Melalui Otoklix, keluhan pelanggan seperti Reynaldi langsung disampaikan kepada mitra. Untuk menambah kepercayaan, Otoklix memberi garansi pasca-servis.
Martin mengakui pada awal Otoklix muncul sulit meyakinkan bengkel mitra untuk bergabung. Beruntung, dia bersama Benny Sutedjo, yang kawakan bermain di sektor otomotif, memiliki cara jitu melakukan pendekatan ke bengkel. Salah satu caranya adalah memberi jaminan pasokan barang-barang kebutuhan bengkel. “Kami memegang distributor oli resmi Fuchs. Selain itu, ada lebih 500 produk dari 29 merek, dari suku cadang asli Toyota, Shell, Castrol, dan sebagainya," ujar Martin.
Sampai Februari lalu atau setahun sejak berdiri, bisnis rintisan yang dibangun Martin melejit dengan catatan sebanyak 6.000 kendaraan menggunakan Otoklix. Semua jenis mobil, dari mobil berbiaya murah Toyota Agya sampai mobil super Ferrari, mempercayakan perawatan berkala melalui jaringan Otoklix.
Martin mengungkapkan saat ini 600 bengkel sudah bergabung menjadi mitra Otoklix. “Dan yang pasti, keuangan kami surplus tanpa banyak-banyak burning," kata Martin.
Pandemi Covid-19 yang menyebar sejak Februari lalu di Indonesia ikut berimbas terhadap usaha Otoklix. Beruntung deretan investor seperti Sequoia, Waresix, hingga Kopi Kenangan Angel Fund mendukung penuh usaha jaringan bengkel yang dirintis Martin.
Dengan dukungan pendanaan dari investor, Otoklix berencana memperluas pasar dengan menyasar pangsa sepeda motor, truk, dan menjadi penyedia layanan non-dasar seperti suku cadang variasi dan modifikasi. Martin optimistis dengan potensi bisnis Otoklix ke depan.
Menurut dia, saat ini ada 17 juta mobil yang mengaspal di Tanah Air. Selain itu, masih ada potensi 120 juta sepeda motor di seluruh Indonesia. “Ada riset yang bilang potensi di Indonesia mencapai US$ 7 miliar. Kalau patokan dengan di Amerika Serikat mencapai US$ 300 miliar, artinya peluang tumbuh sangat besar sekali," kata dia.
ANDI IBNU
Martin Suryohusodo, Kepala Eksekutif Otoklix: Layanan Servis Kendaraan Sekelas Bengkel Resmi