Selama ini diyakini perempuan lebih panjang umur ketimbang laki-laki. Faktanya, 90 persen orang berusia 110 tahun atau lebih berjenis perempuan. Pemegang rekor panjang usia pun perempuan, yakni Jeanne Calment. Wanita kelahiran Prancis ini meninggal pada 1997 saat berusia 122 tahun.
Para ilmuwan juga menemukan bukti yang menunjukkan bahwa mamalia betina-selain manusia-hidup lebih lama dibanding mamalia jantan. Mereka menemukan rata-rata hewan betina hidup 18,6 persen lebih lama ketimbang hewan jantan. Pada manusia, perbedaannya 7,8 persen.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Southern Denmark dan University Lyon 1, Prancis, ini diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences pada akhir Maret lalu.
"Perbedaan terbesar itu ditemukan pada singa, paus pembunuh, rusa besar, kuda, dan domba," kata Fernando Colchero, profesor dan pakar biostatistik pada Interdisciplinary Center on Population Dynamics, University of Southern Denmark.
Dalam studi itu, para peneliti mengumpulkan dan menganalisis data demografis 101 spesies hewan yang mencakup 134 populasi. Mereka juga secara terpisah mempelajari umur panjang pada populasi gorila dan orca untuk mempelajari perbedaan gender.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa betina mengalahkan pejantan pada 60 persen spesies yang dipelajari. Mereka juga menyimpulkan bahwa mamalia betina hidup rata-rata 18,6 persen lebih lama daripada mamalia jantan-selisih lebih dari dua kali lipat ketimbang manusia.
"Untuk sekitar setengah dari populasi mamalia yang diteliti, peningkatan risiko kematian dengan usia sebenarnya lebih jelas pada betina ketimbang jantan," ujar Colchero.
Menurut Colchero, hasil ini menunjukkan bahwa betina berumur lebih panjang ketimbang pejantan karena faktor-faktor lain yang mempengaruhi individu selama masa dewasa. Untuk mencapai kesimpulan ini, Colchero menghitung usia rata-rata kematian serta tingkat kematian yang meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Ada keyakinan umum bahwa hewan jantan terlibat dalam kompetisi seksual yang berpotensi membahayakan dan lebih berisiko terhadap hidupnya dibanding hewan betina. Keyakinan itu pun dianggap dapat menjelaskan soal umur mereka yang lebih pendek.
Namun, bertentangan dengan hal itu, para peneliti justru mengungkapkan bahwa intensitas seleksi seksual tidak secara langsung memodulasi amplitudo perbedaan umur panjang yang diamati di antara jenis kelamin. Sebab, kondisi lingkungan juga berperan.
"Kami melihat banyak variasi dalam spesies yang dipelajari. Untuk beberapa spesies, pejantan sebenarnya memiliki umur terpanjang. Ada tren yang jelas secara statistik dan sejumlah penjelasan yang masuk akal," kata Dalia Conde, profesor dan pakar konservasi hewan pada Departemen Biologi University of Southern Denmark.
Menurut dia, salah satu penjelasannya adalah pejantan sering kali berukuran lebih besar dan memberikan lebih banyak energi dalam karakter seksual, seperti menumbuhkan tanduk yang lebih besar. "Ini membutuhkan energi, dan jika hewan hidup dalam iklim yang keras, pejantan mungkin lebih rentan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem ini."
Salah satu contohnya adalah domba tanduk besar (Ovis canadensis). Ketika hewan ini hidup di lingkungan dengan sumber daya yang berlimpah, hampir tidak ada perbedaan dalam rentang hidup mereka. Tapi, ketika mereka tinggal di lingkungan yang lebih keras, pejantan hidup lebih singkat.
Penjelasan lainnya adalah pejantan menghasilkan lebih banyak androgen (hormon kejantanan) daripada betina. Androgen memodulasi kinerja kekebalan, dan ketika hadir pada jumlah besar, dapat merusak beberapa aspek pertahanan kekebalan tubuh. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. SCIENCE DAILY | PHYS | AFRILIA SURYANIS
Mamalia Betina Hidup Lebih Lama